sergap.id, KUPANG – Saat ini terdapat 111 ribu di NTT yang tidak bersekolah. Jumlah ini akan bertambah jika tidak segera dicarikan solusi. Karena itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menyusun grand design pendidikan 2020-2030.
“Membangun manusia (pendidikan) itu lama. Karenanya tidak banyak yang tertarik. Tapi tanpa pendidikan, pembangunan lainnya tidak berarti,” ujar Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat membuka acara Konsultasi Publik Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT di Aula Fernandes Kantor Gubernur NTT, Selasa (10/12/19).
VBL mengatakan, pendidikan adalah upaya pembangunan manusia yang membutuhkan waktu tidak singkat. Namun menurutnya, pendidikan adalah kunci pembangunan di segala bidang.
VBL menginginkan Grand Design yang dibuat oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT fokus pada pembangunan karakter anak dan peningkatan kemampuan literasi, serta numerasi.
Menurutnya, kemampuan membaca dan berhitung adalah dua kemampuan yang wajib dimiliki oleh anak-anak, khususnya di jenjang pendidikan dasar. Sehingga mereka bisa melanjutkan pendidikan dengan baik.
Keinginan VBL tersebut dijawab oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Benyamin Lola.
Dalam pemaparannya, Benyamin menyampaikan bahwa kebijakan strategis dalam Grand Design terdiri dari 21 sasaran dan terbagi ke dalam empat fokus, yaitu:
- Mengurangi kesenjangan akses layanan pendidikan.
- Peningkatan mutu pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang produktif.
- Penguatan pendidikan karakter
- Penguatan tata kelola untuk menguatkan proses pembelajaran.
Benyamin menjelaskan, hasil belajar anak yang masih rendah, lambatnya anak menyelesaikan sekolah, tingkat mengulang yang tinggi di kelas, tumbuh kembang anak yang terganggu, serta anak penyandang disabilitas yang belum mandiri adalah masalah yang dihadapi lebih dari 1.35 juta anak yang bersekolah di NTT.
Anak-anak ini akan memasuki usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2020 sehingga perlu dipersiapkan dengan baik.
“Karena itu Grand Design Pendidikan ini disusun sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan itu. Agar peluang bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik,” kata Benyamin.
Menurut dia, Grand Design berupaya untuk menyelaraskan penyiapan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pembangunan NTT ke depan, menuju NTT Bangkit, NTT Sejahtera.
Oleh karena itu, Grand Design diharapkan dapat menyatukan visi besar nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam hal pendidikan.
Penyusunan Grand Design ini melibatkan berbagai pihak, salah satunya adalah Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia atau INOVASI.
INOVASI merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa kelas awal, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi, serta pendidikan inklusif.
INOVASI bekerja langsung dengan memperkuat kapasitas Fasilitator Daerah (Fasda) yang direkrut dari guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah setempat yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidangnya dan mampu menjadi fasilitator.
Tujuannya adalah ketika program INOVASI berakhir, Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan memiliki tim Fasda yang memiliki kapasitas untuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas guru berkelanjutan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG).
VBL pun memberi apresiasi kepada tim INOVASI yang berperan aktif dalam penyusunan dokumen Grand Design ini.
“Ya, itu kita membutuhkan. Dia (INOVASI) sendiri sudah 2 tahun terlibat di NTT, dan tentunya memberikan kita banyak pikiran-pikiran sehingga (kita) mampu bersinergi untuk mendesain, merencanakan pembangunan pendidikan di NTT yang lebih baik, lebih komprehensif,” katanya.
Selanjutnya, Grand Design akan dituangkan ke dalam langkah-langkah teknis implementasi dalam peta jalan (Roadmap).
Terkait hal ini, Direktur Program INOVASI, Mark Heyward berharap agar Grand Design ini dapat dimiliki bersama oleh para pemangku kepentingan dan dapat diimplementasikan.
“Saya harap Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan ini menjadi milik bersama terutama pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Namun yang terpenting adalah Grand Design ini bisa diimplementasikan dan dijabarkan dalam peta jalan (Roadmap) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sampai ke tingkat sekolah dan interaksi di kelas,” ujar Mark. (vitus/vitus)