sergap.id, LAMALERA – Kehidupan masyarakat Lamalera di Lembata memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi berburu paus. Yuk mari kita mengenal Lamalera lebih dekat!

Hari cukup melelahkan untuk kami dan masih 10 kilometer lagi untuk tiba di lokasi tujuan. Setidaknya itu yang kami lihat di GPS. Berkendara sepeda motor malam hari melintasi rimba Pulau Lembata menuju Lamalera yang berjarak lebih kurang 65 Kilometer dari Lewoleba, bukan perkara mudah.

Kondisi jalan yang rusak parah ikut memperlambat kami malam itu. Terlebih lagi, suasana malam di tengah rimba selalu memberikan sensasi lain meski berkendara dalam tim. Hanya ada 3 desa disepanjang jalur dari Lewoleba menuju Lembata.

yuk-mari-kita-mengenal-lebih-dekat-tentang-lamalera2Jelang tengah malam kami tiba di batas desa Lamalera. Sebuah gerbang yang terbuat dari tulang ikan paus berwarna putih keabuan terlihat jelas di depan kami. Desa ini cukup sepi untuk ukuran desa wisata. Tidak terlihat masyarakat lalu lalang. Mungkin karena sudah jelang tengah malam.

Setelah masuk kedalam desa lebih jauh, kami berhenti di depan sebuah rumah penginapan yang direkomendasikan oleh seorang kawan di Larantuka. Abel O Beding Guest House. Guest house sederhana yang akan menjadi tempat kami rehat malam ini.

Pagi hari, kami bangun dan langsung turun menuju pesisir pantai yang tak terlalu jauh dari tempat kami bermalam. Sepi, dan tidak ada kehidupan sepertinya. Menyusuri pantai ke arah barat, terlihat seorang bapak yang sedang merapikan perahunya.

Setelah mengenalkan diri, kami terlibat obrolan santai bersama pak Petrus, seorang jurumudi kapal pemburu paus yang disebut Peledang. Pak Petrus menerangkan kepada kami bagaimana kisah sesungguhnya para pemburu paus di desa Lamalera.

Lamalera, dikenal sebagai sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat nelayan pemburu paus. Kehidupan dan aktifitas keseharian masyarakat desa Lamalera berlangsung biasa saja, hingga suatu ketika ada teriakan terdengar dari arah pantai, Baleoo!

Seketika, masyarakat Desa Lamalera akan turun ke pantai. Tanpa dikomando, setiap orang yang menjadi bagian dari tim dalam satu kapal Peledang pemburu paus akan bertugas sesuai peran masing-masing.

yuk-mari-kita-mengenal-lebih-dekat-tentang-lamalera1Lamafa atau Juru Tikam adalah peran paling utama dalam setiap perburuan ikan paus. Seorang Lamafa haruslah orang yang bersih hati dan jiwanya, baik budi pekertinya dan tidak mempunyai reputasi yang tercela.

Seorang Lamafa juga harus memiliki keahlian untuk melompat ke laut dan melakukan tikaman mematikan kearah hewan buruan dengan menggunakan Tempuling, tombak khusus untuk berburu paus atau hewan laut berukuran besar lainnya seperti Orca atau lumba-lumba.

Setiap tahun, antara bulan Mei hingga Oktober adalah saat paus Sperma atau Koteklema dalam bahasa setempat bermigrasi antara samudera Hindia dan samudera Pasifik.

Ketika mereka melewati laut Sawu di kawasan Selatan pulau Lembata, itulah saatnya para pemburu dari Lamalera turun kelaut dan melakukan perburuan secara bersama-sama.

Selain Koteklema, masyarakat desa Lamalera juga memburu Orca yang dalam bahasa setempat disebut Seguni, dan juga lumba-lumba. Apapun hewan laut berukuran besar yang akan bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat, akan menjadi target buruan mereka.

Ketika hasil buruan didapat, proses pembagiannya pun menjadi momen berharga untuk kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat desa Lamalera. Tidak ada orang yang berhak atas daging buruan tidak mendapatkan haknya.

Bahkan seorang janda dirumah yang tidak ikut perburuan akan mendapatkan bagian. Begitulah kebersamaan yang masih terus dipertahankan oleh masyarakat desa Lamalera.

Tidak selamanya perburuan berhasil. Beberapa kali, sempat terjadi ketika seorang Lamafa yang bertugas ternyata melanggar pantangan dan tidak mengindahkan ketentuan spiritual yang telah ditetapkan. Peledang pemburu justru hancur berkeping-keping terkena hantaman ikan Paus yang mengamuk. Korban jiwa pun jatuh karenanya.

Itulah sebabnya, setiap awal bulan Mei, sebelum perburuan Paus dimulai, masyarakat desa Lamalera selalu mengadakan upacara ritual khusus untuk memohon keselamatan kepada yang Maha Kuasa dalam usaha mereka berburu paus. Sekaligus mendoakan para pemburu pendahulu mereka yang gugur dalam usahanya menaklukkan paus di samudera. (trevel.detik.com)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini