sergap.id, NANGADHERO – TC (20), korban bunuh diri dengan cara gantung diri di rumahnya di Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, pada Jumat (4/6/21), diketahui sempat menjalani pengobatan alternatif di Nggolonio.
FD, ipar korban, menjelaskan, sekitar pukul 6 pagi, korban bersama NP, ayah kandung TC, dan AN, ipar TC, dengan sepeda motor menuju Nggolonio untuk menjalani pengobatan altenatif, lantaran korban mengalami depresi sejak 2015.
“Saksi FD mengatakan bahwa orang yang tinggal di rumah bersama korban sebanyak 7 orang, yakni bapaknya, mamanya, 3 adiknya , dan korban sendri,” ujar Kapolres Nagekeo, AKBP. Agustinus Hendrik Fai, melalui KBO Sabhara Polres Nagekeo, Ipda. Stefanus Siga, kepada SERGAP, Jumat (4/6/21) malam.
Menurut Siga, setelah berobat di Nggolonio, sekitar pukul 09.00 Wita, korban di antar pulang kembali ke rumahnya di Nangadhero.
Sementara ipar dan ayahnya, dari tempat pengobatan alternatif langsung ke acara peletakan batu pertama di rumah saudara mereka di Penginanga.
Pukul 09.30 Wita, ipar korban menjemput istrinya di Nagadhero untuk ikut acara di Penginanga.
Saat itu, ipar korban masih melihat korban sedang tiduran di kamarnya. Bahkan iparnya sempat mengajak korban untuk sama-sama ke Penginanga, namun korban menolak.
Pukul 10.00 Wita, ipar korban bersama istri dan mantunya ke Penginanga, sehingga saat itu yang berada di rumah hanya korban sendri.
Sekitar pukul 12.00 Wita, adik korban pulang dari sekolah dan menemukan korban sudah dalam keadaan tergantung.
“Atas kejadian ini, pihak keluarga korban yang diwakili oleh ayah kandung korban, menerima kematian korban sebagai musibah, karena korban mengalami depresi sejak 2015. Keluarga korban menolak korban diautopsi dengan menandatangani surat pernyataan menolak diautopsi,” tutup Siga. (sg/red)