Stefania Kandida Sena Tiba alias Sindi.

sergap.id, KUPANG – Stefania Kandida Sena Tiba alias Sindi merupakan siswi jurusan IPS kelas XII SMAK Regina Pacis Bajawa yang terpilih sebagai pembicara terbaik dalam lomba debat Bahasa Indonesia tingkat provinsi NTT.

Karena prestasi itu, Sindi bersama Yehezkiel Wahyudi Odo asal SMAN 1 Maumere dan Apriani Virginia Eflin Kulla Dungga asal SMAN 4 Kota Kupang akan mewakili NTT dalam lomba debat bahasa Indonesia tingkat nasional yang akan diselenggarakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sindi lahir di Bajawa, Kabupaten Ngada, 16 Agustus 2001. Ia adalah puteri keempat dari pasangan suami istri Yeremias Tiba dan Tarsisia Yasinta Emburea.

Saat bincang-bincang dengan SERGAP di Transmart Kupang pada Jumat (26/7/19) kemarin, Sindi mengaku bangga dan bahagia terpilih mewakili NTT ke Banjarmasin.

“Saya tidak pernah menyangka. Saya kaget. Sebab dari awal lomba, saya tidak memiliki target untuk sampai ke tingkat nasional. Saya dan teman-teman hanya berjuang menampilkan yang terbaik. Terpilihnya saya adalah berkat Tuhan dan bonus yang terindah,” katannya.

Sindi mengaku, ia mengambil public speaking sebagai kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya, karena tidak bisa berolahraga.

“Dalam public speaking ada debat. Jadi saya pilih itu. Kami diberikan materi sedikit oleh guru, selanjutnya kami berdiskusi membedah masalah yang diberikan. Barangkali dari situlah kami terbiasa berargumentasi. Ini adalah metode luar biasa yang diberikan guru-guru. Kami dilatih untuk menjadi berani dan mampu berpikir logis dan kritis,” ungkapnya.

Sindi mengatakan, untuk menuju lomba tingkat nasional, ia akan lebih fokus berlatih bersama teman-teman dan guru pendampingnya.

Ia juga berjanji akan berupaya maksimal mengharumkan nama sekolah, nama kabupaten dan nama Provinsi di kancah nasional.

Menurut dia, lingkungan SMAK Regina Pacis telah membentuknya menjadi pribadi yang luar biasa.

“SMP saya di Nagekeo. Di sana saya tidak berkembang karena saya terlalu malu untuk mengekspresikan diri. Hingga pada akhirnya saya putuskan untuk bersekolah keluar dari Nagekeo. Dan, SMAK Regina Pacis adalah pilihan saya. Terlebih lagi karena uang sekolah di sekolah ini tergolong murah,” ucapnya.

“Sejak awal masuk SMAK Regina Pacis, saya langsung memutuskan memilih ekstra kurikuler debat, karena sesuai dengan kemampuan saya. Selama proses pembimbingan, awalnya saya merasa takut dan malu serta tidak mengerti apa-apa. Tetapi karena saya terus fokus pada akhirnya saya bisa menjadi pendebat yang baik, bukan menjadi seorang yang cerewet. Ketika saya terpilih menjadi pembicara terbaik untuk mewakili NTT ke Nasional, rasanya sangat bersyukur dan saya akan memberikan yang terbaik bagi Bunda Maria Regina Pacis,” tutupnya.

Bonefasius Zanda alias Boy.

Terpilihnya Sindi tidak terlepas dari jasa pembimbingnya, yakni Bonefasius Zanda, S. Sos.

Pria berkacamata yang biasa disapa Boy ini lahir di Tedhing (Riung Barat), 14 Juni 1983. Ia merupakan lulusan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat St. Ursula Ende pada tahun 2013 dan telah memiliki seorang puteri bernama Mauritsia Josefin Dhawi Zanda hasil pernikahannya dengan Mensiana Bha.

Kepada SERGAP, Boy mengaku sudah 5 tahun atau sejak 2014 mengajar mata pelajaran Sosiologi dan menjadi wali kelas X SMAK Regina Pacis.

“Tahun lalu (2018) saya baru dipercayakan mengajar kelas XII. Sejak awal saya mengajar, saya juga menjadi pendamping dan pembimbing ekstra kurikuler public speaking yang di dalamnya ada debat. Saya diminta Ibu Lusia yang adalah guru senior mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk belajar public speaking lalu membantunya untuk mendampingi anak-anak saat debat perdana tahun 2015 dan kami juara 1 di tingkat kabupaten. Kami mulai mengikuti debat tingkat provinsi tahun 2016 dan kami mewakili Kabupaten Ngada. Setelah itu, salah satu peserta direkrut untuk mewakili NTT di tingkat nasional dan berhasil mengalahkan DKI Jakarta,” paparnya.

Boy juga merasa bangga dan bahagia atas terpilihnya Sindi mewakili NTT ke Banjarmasin.

“Sebagai seorang guru, sehebat apapun guru, jika murid tidak berhasil, dalam refleksi saya adalah kegagalan. Tetapi guru hebat dan anak didik berhasil, disitulah fungsi guru sesungguhnya,” katanya.

Menurut Boy, dalam lomba debat tingkat provinsi, ia hanya memiliki tip berdasarkan pengalamannya hidup membiara di SVD.  Kedisiplinan dan keteladanan adalah hal utama.

Itu sebabnya ia menekankan kepada anak didiknya bahwa kedisiplinan adalah harga mati.

“Anak-anak berprestasi adalah hasil dari proses mendidik dari awal mereka masuk sekolah,” ucapnya.

Boy optimis Sindi akan masuk empat besar lomba debat bahasa Indonesia tingkat nasional.

Boy menjelaskan, SMAK Regina Pacis dalam masa pimpinan Romanus Rinu menekankan pola pendidikan dan bimbingan yang mementingkan aspek kemanusiaan.

“Di SMAK Regina Pacis biaya (sekolahnya) sangat murah. Sekolah kami menjadi sekolah favorit di NTT dan Nasional. Motto pelayanan kami adalah kualitas tinggi tetapi populis dalam pelayanan. Bapak Romanus Rinu selalu menekankan bahwa sekolah favorit itu tidak selalu harus mahal biaya akan tetapi harus fokus pada kualitas sumber daya manusia. Kami memiliki kebiasaan untuk selalu berdoa setiap pagi. Kami menyerahkan seluruh proses pendidikan ke dalam doa dan perlindungan Bunda Maria Ratu Damai,” pungkasnya.

Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Regina Pacis yang terletak di Jalan Yos Sudarso 20 Bajawa, Trikora, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu telah mencetak ribuan lulusan yang saat ini berprofesi sebagai Pastor, Suster, Advokat, Dokter, Politisi, Artis, Aktor dan Profesional lainnya. (fwl/fwl)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini