sergap.id, MIO – Dona Riki Nenoliu (22), pemuda asal Oenani, Desa Mio, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), tewas seketika setelah disambar petir pada Selasa (2/12/19) siang.
Riki disambar petir saat sedang menerima panggilan telepon di bawah pohon asam dan sedang diguyur hujan.
Sebelumnya, korban bersama Sarci Tanu, ibu kandungnya, dan dua adiknya, yakni Antoinius Nenoliu dan Lianse Lassa menjenguk saudara mereka yang sedang dirawat di Puskesmas Panite.
Saat pulang, mereka kehujanan di jalan. Korban kemudian menghentikan sepeda motornya dan bersama ibu dan adiknya berteduh di teras sebuah rumah.
Tak lama kemudian, korban mendapat telepon dari seseorang.
Sambil menerima panggilan telepon, korban berjalan menuju ke sebuah pohon asam yang tak jauh dari lokasi ibu dan dua adiknya berteduh.
Ketika ia berada persis di bawah pohon asam, tiba-tiba suara petir menggelegar mengagetkan sekitar. Seketika korban terlihat tersungkur ke tanah.
Melihat itu, ibunya spontan keluar dari teras rumah dan berlari menuju korban.
Dibawah guyuran hujan, sambil memeluk korban, ibunya tak kuasa menahan tangis. Apalagi ketika mengetahui korban sudah tak bernyawa.
Polisi yang menerima laporan tewasnya Riki langsung menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan berkoordinasi dengan Puskesmas Panite untuk mengevakuasi jenasah.
Sekitar pukul 14.00 wita, tim medis dari Puskesmas Panite tiba di TKP dan langsung melakukan pemeriksaaan terhadap jenasah korban.
Tampak celana jeans yang digunakan korban robek di bagian kiri dan pangkal paha kanan terbakar akibat sambaran petir.
Pada bagian dada kiri dan kanan korban terdapat lebam bergaris-garis, paha kiri dan kanan terdapat luka bakar, terdapat juga lebam di bagian punggung.
Setelah dilakukan tindakan medis, jenasah korban diserahkan kepada keluarga untuk disemayamkan.
Keluarga menolak untuk dilakukan autopsi. Mereka menerima kematian Riki akibat disambar petir.
“Ini sudah ajalnya. Kami menolak autopsi,” tegas ayah kandung korban, Mikael Nenoliu.
Korban merupakan anak pertama dari enam bersaudara buah kasih pasangan suami istri, Mikael Nenoliu dan Sarci Tanu.
Sehari-hari korban berprofesi sebagai tukang ojek dan belum menikah.
Saat Hujan Tidak Boleh Terima Panggilan Telepon dan Berteduh di Bawah Pohon
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pohon rawan disambar petir karena dalam kondisi basah pohon dapat mengantarkan arus listrik yang kuat.
Sehingga ketika puncak pohon disambar petir, maka petir tersebut dapat berpotensi menjalar hingga ke akar.
Karena itu, hindari berlindung di bawah pohon saat hujan. Sebab pohon yang tersambar petir, energinya dapat melompat ke tubuh manusia.
Insiden disambar petir saat hujan bukan yang pertama kali di Provinsi NTT. Kasus serupa pernah terjadi di Kabupaten Ende dan Ngada.
Saat itu, para korban disambar petir karena bermain handphone saat hujan.
Hingga kini, masih ada pertentangan apakah penggunaan ponsel saat hujan menjadi pemicu munculnya petir atau kilat.
Namun untuk meminimalisasi risiko kematian, ada baiknya kita melakukan tindakan pencegahan untuk tidak menerima panggilan telepon saat hujan atau bermain handphone saat hujan. Matikan handphone lebih baik dari pada menantang mautnya petir. (let/let)