
sergap.id, LELOGAMA – Kunjungan Kerja (Kunker) Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) di daratan Timor mulai dari Kabupaten Malaka, Belu, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) berakhir di Kabupaten Kupang, tepatnya di Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Jumat (14/2/20).
Di Lelogama tepatnya di Gereja Pniel, VBL mengadakan Rapat Kerja (Raker) bersama Bupati, Camat, Kepala Desa, tenaga kependidikan dan tenaga kesehatan yang berasal dari seluruh wilayah Kabupaten Kupang.
VBL ditemani Staf Khusus Gubernur, Prof. Dr. Daniel D. Kameo, Dr. Imanuel Blegur, Dr. David B. W. Pandie, MS, sejumlah pimpinan OPD lingkup Pemerintah Provinsi NTT, Bupati Kupang Korinus Masneno, unsur Forkompinda Kabupaten Kupang, dan sejumlah pimpinan OPD lingkup Pemerintah Kabupaten Kupang.
“Manusia itu dalam dirinya ada dua kepribadian, pertama, pribadi secara fisik; yaitu makan, minum, kerja dan segala macam aktivitas-aktivitas biasa. Kedua adalah identitas konsepsional. Kalau yang pertama itu tidak bisa ditahan, tidak bisa menolak kematian, pasti mati. Tidak ada orang yang tidak mati secara fisik,” kata VBL mengutip pendapat antropolog Ernest Becker Salon.
Apa itu pribadi manusia yang konsepsional?
“Itu manusia yang meninggalkan karyanya dan tidak pernah mati sepanjang massa, karena dia dikenang selalu. Contoh, termasuk Ernest Becker ini, kita omong dia sudah mati; hilang dimana? Hari ini di Lelogama ada seorang gubernur omong tentang nama dia. Itu artinya, dia masih hidup. Itu maksudnya. Menulis buku, memberikan pikiran-pikiran, membuat terobosan-terobosan, pekerjaan-pekerjaan yang dikenal sepanjang massa, orang akan tetap membicarakan namanya, selama-lamanya. Jadi dia tidak akan pernah mati. Itulah yang dimaksudkan dengan manusia konsepsional,” jelas VBL.
Semua ini, sebut VBL, adalah tentang nama baik Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Khususnya para Aparatur Sipil Negara (ASN).
VBL pun membandingkan kualitas kerja dan layanan RSDU W.Z Johanes Kupang dengan Rumah Sakit Siloam Kupang.
“Tapi tidak di Kabupaten Kupang. Ini ASN di tempat lain. ASN itu kalau kerja saking gajinya sudah jelas; akhirnya dia jadi malas. Dia kerja asal-asalan. Datang, lihat, merokok, pulang, tiap bulan terima gaji. Tidak pernah membanggakan apapun jika dibandingkan dengan swasta,” kritik VBL.

“Itu yang dimaksud dengan mindset. Kebangkitan yang saya maksudkan, bangkit menuju sejahtera, nomor satu adalah pikiranmu, otakmu itu diubah. Dan, ilmu itu ada. Birokrat interpreneur itu sudah diperkenalkan ratusan tahun lamanya, cuma mungkin belum sampai di Kupang. Artinya, menyangkut investasi pemerintah dalam pengetahuan, kita investasi itu harus kita hitung pertumbuhannya, berapa dan pengembaliannya berapa?,” ucap VBL.
Karena itu dalam setiap kesempatan Kunker, VBL terus membangun semangat dan optimisme warga masyarakat agar bekerja benar dan sungguh-sungguh.
“Pasti ada yang tersinggung. Saya tidak repot. Karena saya sedang membangun generasi. Kau mau tersinggung itu kau punya urusan! Tapi saya tidak suka provinsi ini melahirkan generasi yang ke depan mereka tidak dianggap. Saya ingin melahirkan generasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan itu yang saya bilang manusia konsepsional. Orang akan mengenang sepanjang massa bahwa kita telah melahirkan mereka yang bisa berhadapan dengan siapapun. Mereka mampu untuk mengisi pikiran-pikiran bahkan memberikan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan yang hebat-hebat. Karena itu, saya ingin agar serius merencanakan dan menempatkan orang-orang terbaik,” tegas VBL.
VBL juga menyinggung soal kemiskinan dan angka stunting yang masih tinggi di Kabupaten Kupang.
“Saya sangat serius untuk urus warga miskin dan angka stunting di Kabupaten Kupang, TTS dan TTU. Karena itu, saya minta tolong selesai acara ini Bapeda Kabupaten (Kupang) buat perencanaan yang baik. Saya tahu Kabupaten Kupang harus sama seperti di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU,” katanya.
Di tempat yang sama Bupati Kupang, Korinus Masneno, mengaku, pihaknya telah bekerja secara revolusioner untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kupang.
“Kami bekerja secara revolusioner dalam membangun pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan keluatan serta pariwisata. Keterbatasan yang kami miliki adalah keterbatasan fiskal daerah. Sehingga tidak sanggup menjangkau semua pembangunan di daerah ini,” bebernya.

Korinus juga menyampaikan ucapan terima kasih karena wilayah Amfoang akhirnya bisa merasakan adanya jalan aspal.
“Atas nama rakyat di Kabupaten Kupang, kami menyampaikan terima kasih. Karena sejak republik ini merdeka, sejak Provinsi NTT berdiri, dan Kabupaten Kupang pada tahun 1958, baru tahun ini kami bisa menginjak aspal di Amfoang Selatan,” ucap Korinus disambut tepuk tangan peserta raker dan warga setempat yang ikut menyaksikan secara langsung jalannya raker. (red/valeri guru)