JTHK saat diberhentikan di Posko Covid-19 di Perbatasan Malaka-Belu, Kamis (30/4/20) siang.

sergap.id, KUPANG – Corona seperti hantu blau, tak kelihatan tapi menakutkan. Ia laksana pencabut nyawa yang bisa datang kapan saja. Semua was-was hingga membuat sebagian dari kita tak pernah keluar rumah sejak virus mematikan ini merambah bumi, termasuk Indonesia, juga NTT.

Di belahan dunia sana ratusan ribu nyawa melayang. Tangisan terdengar dimana-mana. Semua mengunci diri dari corona. Namun disini, ya… di negeri tercinta NTT ini, masih ada warga yang tidak patuh terhadap himbauan dan prosedur tetap (protap) pencegahan corona yang diberlakukan pemerintah sebagai upaya pencegahan terhadap wabah ganas tersebut.

Pemerintah telah memberi masker secara gratis, tapi saat keluar rumah atau saat berbelanja, masih ada warga yang tidak memakai alat pelindung diri atau APD. Tak jelas apa alasannya? Apakah karena tidak terbiasa? Atau karena merasa lebih kuat dari corona? Ah… Entalah!

Mirisnya lagi ketidakpatuhan itu juga ditunjukan oleh JTHK, seorang dokter PTT yang bertugas di Puskesmas Seon, Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka, pada Kamis (30/4/20) siang.

Saat dalam perjalanan dari Betun, ibukota Kabupaten Malaka, menuju Atambua, ibukota Kabupaten Belu, mobilnya dihentikan oleh petugas Pos Siaga Covid-19 di perbatasan wilayah Malaka dan Belu.

Petugas meminta kesediaannya agar mobilnya disemprot disinfektan. Namun ia menolak. Dia beralasan mobilnya sudah bersih lantaran sudah dicuci di rumahnya.

Tapi karena perintah tugas harus tegas menjalankan protap pencegahan corona, maka petugas pos yang terdiri dari personil TNI, Polri dan Tenaga Medis itu tetap memintanya agar bersedia mobilnya disemprot.

Tapi lagi-lagi sang dokter menolak. “Saya ini dokter,” ujar JTHK berusaha menyakinkan petugas bahwa ia juga paham bagaimana menjalankan protap pencegahan corona.

Dalam VIDEO berdurasi 1 menit 48 detik yang viral di facebook sejak Kamis (30/4/20) sore itu, tampak JTHK tetap ngotot menolak mobilnya disemprot.

Netizen pun tak mau tinggal diam. Rata-rata mengutuk sikap dokter itu. Sikap yang menurut mereka sangat tidak memberi teladan.

  • Tidak Pandang Bulu

Jelamu Ardu Marius didampingi Ike Mauboy (juru bahasa isarat komunitas tuli) saat menyampaikan data terakhir jumlah pasien positif corona, OTG, ODP dan PDP kepada wartawan di Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT,, Jumat (1/5/20) malam.

Saat ini ada 235.000 orang di seluruh dunia, termasuk dokter dan perawat, dinyatakan meninggal dunia karena corona. Bahkan di Indonesia sendiri, tercatat per hari Sabtu (2/5/20), pukul 10.07 Wita, sebanyak 800 orang meninggal karena corona.

Sementara di NTT tercatat ada 9 orang positif corona, satu sembuh, dan ribuan lainnya masih berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

Juru Bicara Penanganan Covid-19 Provinsi NTT, Jelamu Ardu Marius, mengatakan, cara terbaik menghalau virus corona adalah menjaga keseimbangan jasmani dan rohani.

“Kita perlu mengatur keseimbangan tubuh, rohani dan jasmani, termasuk kesehatan psikologis, sehingga kita bisa melawan virus corona,” ujar Marius kepada wartawan di Kupang, Jumat (01/05/20) malam.

Menurut Marius, virus corona merupakan musuh seluruh umat manusia. Dia menyerang siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

“Karena virus ini tidak kelihatan. Dia menyerang tanpa pandang bulu. Tidak ada rasa belas kasih. Dia menyerang siapa saja, baik orang kaya, orang miskin, pejabat tinggi, atau rakyat biasa,” tegasnya.

Marius berharap seluruh masyarakat NTT mengikuti protap pencegahan corona yang telah ditetapkan pemerintah.

“Bapak Gubernur dan Bapak Wagub berpesan kepada kita semua untuk tetap wapada, tapi jangan  panik berlebihan,” katanya.

Berikut jumlah orang positif Covid-19, OTG, ODP dan PDP di NTT per hari Jumat (1/5/20) malam pukul 20.00 Wita:

  1. Positif 9 orang (2 di Kabupaten Manggarai Barat, 7 di Kota Kupang), 1 sembuh.
  2. OTG 380 Orang, OTG selesai dipantau 50 Orang.
  3. ODP 1642 Orang, ODP selesai masa pemantauan 1214 Orang.
  4. PDP 59 orang, dirawat 6 Orang, dipantau 7 orang, sembuh 37 Orang, meninggal 8 Orang.
  5. Sampel yang dikirim 128 Sampel, Hasil Lab negatif 73 sampel, positif 10 Sampel, belum ada hasil 45 sampel. (Chris Parera/Valeri Guru)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini