
sergap.id, KUPANG – Dinas Kesehatan Kota Kupang sudah melakukan fogging fokus di sejumlah wilayah untuk menekan pengembang biakan demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah dan telah merenggut satu korban.
Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang Sri Wahyuningsing mengatakan, sudah 35 titik lokasi yang dijadikan sasaran penyemprotan alias fogging.
Sebanyak 35 titik itu kata dia menyebar di 51 keluarahan dan enam kecamatan wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dia menjelaskan, foging fokus tersebut dilakukan setelah tim melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di wilayah itu. “Hasil itulah lalu ditentukan titik lokasi aksi fokus fokus,” katanya.
Selain melakukan foging, pihak dinas kesehatan juga melakukan sejumlah sosialisasi dan penyuluhan untuk serjumlah stakeholder temasuk aparat di level kelurahan dan masyarakat. Penyuluhan dimaksud untuk memberi pemahaman terkait sebab, gejala, pencegahan dan cara penanggulangan DBD.
“Sehingga jika ada warga yang terkena gejala sudah langsung tahu apa yang akan dilakukan agar tak timbul korban jiwa,” katanya.
Dia juga mengatakan, dinas kesehatan juga melakukan abatesasi yang dilakukan di setiap (11) puskesmas yang ada. Pembagian abate dilakukan oleh kader yang sudah disediakan pemerintah.
“Selain itu masyarakat juga bisa langsung mengambilnya ke puskesmas secara gratis,” kata Sri.
Pemerintah lanjut Sri, juga mendorong masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat selain bersama menerapkan pola 3M plus.
“Ya pola menguras, mengubur dan menutup setiap tempat yang berpotensi jadi tempat bersarang dan berkembang larva nyamuk anopheles,” katanya.
“Langkah ini akan sangat efektif untuk kepentingan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), asal dilakukan secara rutin,” tambahnya.
Seperti diketahui, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kupang telah merenggut 1 korban jiwa.
Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu sudah mulai mewabah di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu sejak awal musim hujan di Oktober 2019 silam.
Hingga 2 Februari 2020, sudah terdapat 120 kasus dengan satu kasus meninggal.
Korban meninggal, kata dia, karena keterlambatan penanganan sejak awal anak tersebut mendapat serangan gigitan nyamuk aedes aegypti. (al/al)