sergap.id, JAKARTA – Masyarakat tengah cemas menunggu rencana Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya Pertalite dan Solar Subsidi. Walau besaran kenaikannya masih dalam tahap kajian agar tidak mengganggu daya beli masyarakat termasuk inflasi yang tidak terlalu tinggi.
Namun untuk menjaga daya beli, kemungkinan kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU masih berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter.
“Kemungkinan di bawah Rp 10.000/liter,” kata sumber yang mengetahui rencana kenaikan tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa subsidi energi yang telah ditambah menjadi Rp 502,4 triliun berisiko kurang seiring dengan kuota Bahan Bakar Mineral (BBM) yang semakin tiris dan tingginya harga minyak.
Total subsidi dan kompensasi berdasarkan Perpres 98/2022 nilainya mencapai Rp 502,4 triliun. Nilai ini naik tiga kali lipat lebih dari subsidi dan kompensasi berdasarkan APBN 2022 awal yang hanya sebesar Rp 152,5 triliun.
“Apabila terus dibiarkan, anggaran subsidi dan kompensasi harus ditambah. Namun, masalahnya, siapa yang menikmati anggaran subsidi ini? Dari data yang ada, ternyata, BBM bersubsidi lebih banyak dinikmati oleh golongan masyarakat yang lebih mampu. Anggaran subsidi jadi salah sasaran dan tidak adil. Bukan mengurangi kemiskinan, tapi justru menciptakan kesenjangan,” ungkap Sri Mulyani dalam laman Instagram @smindrawati, Jumat (28/8/2022).
Di sisi lain, Sri berpandangan anggaran sebesar Rp502,4 triliun untuk subsidi energi sebenarnya bisa dipakai untuk membiayai begitu banyak pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas dan tepat sasaran.
“Untuk itu, kebijakan subdisi dan kompensasi akan disesuaikan agar APBN dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat,” tegasnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan,
nilai penyesuaian harga BBM masih dalam pembahasan, di mana Presiden Joko Widodo meminta supaya kenaikan harga diputuskan secara hati-hati.
“Belum Minggu ini, kita exercise, pak Jokowi meminta supaya dihitung benar-benar seperti apa dampaknya. Ini dihitung secara keseluruhan dan selalu diingatkan (Presiden Joko Widodo) hitung hati-hati dulu,” ujar Arifin.
Sebelumnya, Presiden Joko Wisoso menegaskan bahwa pihaknya masih melakukan hitung-hitungan terkait dengan pengembangan sistem melalui aplikasi, supaya penerima subsidi bisa lebih tepat sasaran. Sebab, dia melihat penggunaan BBM seperti Pertalite dan Solar Subsidi selama ini masih dipakai untuk mobil-mobil mewah.
Kata Presiden Joko Widodo, harusnya subsidi Solar itu hanya untuk truk transportasi barang atau bus transportasi orang. (bnc/lpr)