
sergap.id, VIRUS – Dokter Wuhan, China, Li Wenliang, yang dikenal sebagai petugas medis pertama yang memperingatkan adanya bahaya virus corona meninggal dunia akibat virus itu pada Kamis (06/02/02) siang, dalam usia 34 tahun.
Ia meninggalkan seorang anak dan istri yang tengah hamil.
Li Wenliang, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Wuhan, pada bulan lalu menggunakan media sosial untuk memperingatkan rekan-rekannya agar berhati-hati ketika menangani penyakit baru yang masih misterius.
Peringatan yang ia keluarkan membuatnya sempat berurusan dengan polisi setempat. Ia dianggap menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Namun sebulan kemudian ia dianggap sebagai pahlawan, sesudah ia menceritakan kisahnya dari tempat tidur rumah sakit.
“Halo semua. Ini Li Wenliang, dokter mata dari Rumah Sakit Pusat Wuhan,” katanya dalam sebuah unggahan.
Dr Li bekerja di pusat wabah dan pada bulan Desember ia menemukan adanya ancaman virus corona ketika ia perhatikan tujuh kasus virus yang ia tangani dan saat itu ia menganggap virus itu mirip SARSyang mewabah tahun 2003.
Kasus-kasus ini diduga berasal dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan dan pasien-pasiennya dikarantina di rumah sakit.
Pada tanggal 30 Desember 2019, ia mengirim pesan di grup obrolan sesama dokter dan memperingatkan mengenai wabah ini dan menyarankan teman-temnnya untuk memakai pakaian pelindung guna mencegah infeksi.
Saat itu Dr Li dan kebanyakan rekannya tidak tahu bahwa penyakit itu berasal dari virus corona baru.
Lalu empat hari kemudian ia dikunjungi oleh petugas dari Biro Keamanan Umum yang memintanya untuk menandatangani sepucuk surat.
Dalam surat itu, ia dituduh telah “membuat komentar palsu” yang bersifat “sangat mengganggu ketertiban umum”.
“Dengan sungguh-sungguh, kami memperingatkan Anda: Jika Anda tetap keras kepala dengan kelancangan Anda dan meneruskan kegiatan ilegal ini, Anda akan diproses secara hukum.
Apakah Anda paham?” di bagian bawah ada tulisan tangan Dr Li: “Ya, saya paham”.
Ia adalah satu dari delapan orang yang diselidiki oleh polisi karena “menyebarkan desas-desus”.
Pada akhir Januari 2020, Dr Li menerbitkan salinan surat itu di media sosial Weibo dan menjelaskan apa yang telah terjadi.
Saat itu pemerintah setempat sudah meminta maaf kepadanya, tetapi terlambat.
Dalam beberapa minggu di bulan Januari, para pejabat di Wuhan berkeras bahwa penularan hanya terjadi pada orang yang melakukan kontak dengan hewan yang tertular.
Tak ada panduan diterbitkan untuk melindungi dokter yang merawat. Namun seminggu sesudah kunjungan polisi, Dr Li merawat seorang perempuan yang menderita glaukoma. Ia tak tahu bahwa pasiennya itu terinfeksi virus corona.
Dalam unggahannya di Weibo ia menggambarkan bahwa pada tanggal 10 Januari ia mulai batuk-batuk, dan di hari berikutnya ia demam dan dua hari kemudian ia dirawat di rumah sakit.

Dr Li mengatakan ia telah menjalani tes beberapa kali untuk virus corona dan semuanya negatif. Tapi tanggal 30 Januari ia mengunggah lagi: “Hari ini, tes asam nukleus hasilnya positif. Akhirnya ada kejelasan.”
Ia menambahkan unggahannya dengan emoji anjing yang matanya mendelik dan lidah menjulur. Unggahan itu segera mendapat ribuan komentar dukungan.
“Dr Li Wenliang adalah seorang pahlawan,” kata seorang pengguna, sembari khawatir terhadap perlakukan terhadap Dr Li dari negaranya sendiri.
“Di masa depan, bisa jadi dokter akan takut untuk menyatakan peringatan dini ketika mereka melihat tanda-tanda penyakit menular.”
“Kesehatan publik membutuhkan puluhan juta orang seperti Li Wenliang,” kata seorang warga Wuhan. (leksi/bbci)