
sergap.id, JAKARTA – Politik itu asyik. Apalagi saat Pilkada, Pileg, atau Pilpres. Rasanya kayak makan perkedel dicampur tomat. Enak gak enak bikin ketagihan. Hehehe..!
namun secara kuantitas, jumlah perempuan di Indonesia melebihi kaum pria. Tetapi karena budaya yang mengakar, membuat perempuan terpaksa menempati posisi kedua dalam dunia politik.
Pembagian kerja berbasis jenis kelamin (gender based division of labor) ini telah melandasi terjadinya stratifikasi gender yang membuat perempuan hanya bekerja di sektor domestik, sedangkan laki-laki di wilayah publik.
Namun kini jaman telah berubah. Perempuan harus berpolitik, jangan mau kalah dengan bapak-bapak. Karena ibu-ibu juga juga memiliki kesempatan yang sama untuk berkiprah di wilayah publik.
Mulainya kapan? Ya sekarang! Itu sebabnya aktivis perempuan tak henti-hentinya berjuang meningkatkan kesadaran perempuan agar mau terjun ke alam politik praktis.
Dorongan yang sama juga datang dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Presiden RI ke 5 ini bahkan meminta perempuan tidak tabu berpolitik.
Megawati menyebut politik itu simpel dan dia ingin perempuan juga ikut berperan memecahkan masalah bangsa.
“Politik itu, apalagi kaum perempuannya, please, suka merasa tabu berpolitik. Padahal saya bilang, kamu berbicara harga cabai itu berpolitik. Karena apa, politik itu sebetulnya gampangnya pertanyaan, why. Why begini, why begitu. Maunya begini, maunya begitu. That’s politics,” kata Megawati dalam webinar yang disiarkan YouTube Megawati Institute, Selasa (29/6/2021).
Megawati menyebut perempuan bisa sukses di dunia politik. Mencontohkan sosoknya, Megawati menegaskan dirinya tidak sedang memuji diri sendiri.
“Ibu-ibu, please, tolong kaum perempuan itu, saya ingin, nah kalau saya bilang begini nanti yang nggak seneng sama saya bilang, ‘Ibu tuh muji-muji sendiri’, no. Contoh, saya seorang perempuan bisa jadi presiden, wakil presiden, tiga kali DPR, ketua umum partai sampai sekarang. Apa lagi coba dong, dong. Yang benarnya kalian pun bisa, semuanya bisa,” jelas Megawati.
Megawati meminta perempuan tidak takut berpolitik. Megawati juga ingin suami di Indonesia juga tidak tabu atas peran perempuan dalam politik.
“Saya suka bilang, keluarga selalu disebut, harus keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, kurang apa. Tetapi pada kenyataannya kayak apa, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam anak-anak,” ujar Megawati.
Megawati meminta perempuan tidak membiarkan kekerasan dalam rumah tangga terus terjadi. Dia menyebut semangat bertarung dalam politik bisa mengubah keadaan.
“Jadi kaum perempuan, aduh. Kadang-kadang kita sendiri membuat perempuan menjadi terhina. Bayangkan, kok mau ya digampar sama suami. Kalau saya sih nggak mau,” ujar Megawati.
“Dari sisi agama dikatakan kaum laki-laki adalah imamnya, imamnya. Imam is sesuatu yang harus maksud saya high class. Tapi kenapa kenyataannya tidak,” katanya.
Megawati kemudian mencontohkan kasus yang membuatnya sakit kepala. Dia ingin para perempuan memecahkan ‘why’ atau pertanyaan ini.
“Kalau dilihat di televisi sekarang, haduh, saya sampai pusing kepala. Anak dibunuh orang tuanya sendiri, anak membunuh orang tuanya sendiri. Why. Why, kan? Why? Coba deh tolong dipikirkan nanti ngomgng dah diskusi-diskusi dah, why gitu. Dipandu dah,” ujar Megawati.
Mahatma Gandhi, kata Megawati, mengibaratkan bangsa seperti seekor burung. Burung bisa terbang jika dua sayapnya berkepak. Analogi ini, menurut Megawati, juga berlaku bagi sebuah keluarga, yang merupakan fondasi bangsa.
“Iya dong, saya kan maunya, Muhammad, salah, Mahatma Gandhi mengatakan bahwa sebuah bangsa itu harus seperti burung. Kalau saya nambahi burung garuda terbang ke angkasa dengan kepakan dua sayapnya. Maksud saya, sayap e ki sopo, suami-istri, laki-perempuan. Lha kalau satu keok, mana bisa terbang, mana bisa terbang,” ujar Megawati. (pls/pls)