
sergap.id, ALOK – Ikan yang satu ini memang dikenal super lezat. Bahkan menjadi salah satu makanan terfavorit masyarakat Jepang. Namun ikan buntal atau ikan fugu ini juga memilki racun yang sangat mematikan.
Menurut dokter Adrian Kevin, Ikan buntal memiliki kandungan racun tetrodotoksin. Racun ini merupakan racun yang dapat menyerang sistem saraf dan sangat mematikan. Bahkan lebih mematikan dibandingkan Sianida. Karena mengonsumsi 1 sampai 2 miligram racun ini saja bisa membuat nyawa melayang.
Racun tetrodotoksin tidak akan hilang walau ikan buntal sudah dimasak atau dibekukan. Itu sebabnya, jika tidak diolah dengan benar, maka racun dari organ tubuh ikan buntal bisa menyebar dan menyerap ke dalam daging ikan buntal.
Karena itu, jika ingin menyantapnya, maka diperlukan koki atau ahli masak yang terlatih, sehingga daging ikan ini menjadi layak untuk disantap.
Menurut dokter Kevin, ada 4 gejala keracunan ikan buntal, yakni pertama: di area sekitar mulut akan terasa kebas atau mati rasa. Gejala ini dapat disertai dengan gangguan pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare. Gejala ini biasanya muncul 10 sampai 45 menit setelah mengonsumsi ikan buntal.
Kedua: gejala keracunan selanjutnya adalah mati rasa di bagian wajah, tidak jelas saat berbicara atau cadel, kehilangan keseimbangan, dan tubuh terasa lemah atau tidak bisa bergerak.
Ketiga: pada tahap ini, tubuh akan menjadi lumpuh atau tidak bisa digerakkan sama sekali, tidak bisa bicara, gagal napas, dan pupil mata membesar.
Keempat: tahap terakhir dari gejala keracunan ikan buntal adalah gagal napas parah, kadar oksigen di dalam tubuh berkurang, jatung berdetak lebih lambat dari biasanya, penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, dan penurunan kesadaran.
Jika tidak mendapat pertolongan cepat, orang yang keracunan ikan buntal bisa mengalami kematian dalam jangka waktu 4 sampai 6 jam setelah mengonsumsi ikan buntal, seperti yang dialami 4 warga Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, pada Minggu 27 Juni 2021.
Menurut dokter kevin, hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi keracunan tetrodotoksin akibat konsumsi ikan buntal.
Walau begitu, terhadap orang orang yang mengalami keracunan ikan buntal diharuskan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan media. Karena di rumah sakit, dokter akan memberikan oksigen melalui alat bantu napas, misalnya ventilator, jika pasien tidak dapat bernapas spontan.
Setelah itu dokter akan melakukan prosedur pengosongan lambung guna mengeluarkan racun ikan buntal, dan penanganan lainnya.
Ikan buntal merupakan ikan survivalist dan paling banyak di perairan Nusa Tenggara Timur. Mulai dari ikan buntal air tawar hingga yang hidup di air asin Takifugu.
Ikan ini menggunakan berbagai adaptasi untuk menjaga diri dari pemangsa, termasuk dari manusia.
Selain teknik mengembangkan badannya, ikan buntal juga dapat menyerang dengan gigi atau meracuni musuh dengan racun yang mereka rahasiakan.
Ikan buntal air asin sering diburu sebagai makanan lezat, dan ikan buntal air tawar sering dijual sebagai ikan peliharaan akuarium.
Ikan Buntal adalah ikan agresif yang siap menyerang siapa pun yang mereka anggap sebagai ancaman. Buntal biasanya hidup sendiri dan tidak berbagi wilayah dengan ikan lain.
Salah satu adaptasi yang membantu ikan buntal bertahan hidup adalah kemampuan untuk menghasilkan racun yang dikenal sebagai tetraodotoxin. Racun ini disekresikan ke seluruh tubuh mereka, membuat buntal berbahaya untuk disentuh, bahkan lebih berbahaya jika dikonsumsi.
Sepintas Ikan ini terlihat menggemaskan ketika sedang mengembung, tetapi kenyataannya cara itu adalah mekanisme bertahan hidup untuk mengintimidasi. Beberapa predator akan bertahan untuk memakan ikan yang tiba-tiba berlipat ganda dalam ukuran visualnya.
Terlepas dari sikap kerasnya mereka terhadap manusia dan pemangsa, ikan buntal cukup terikat dengan pasangannya. Pada jenis jantan biasanya membantu betina bertelur dengan membimbingnya melalui air dan menggosok sisi tubuhnya saat dia melahirkan.
Nama ilmiah dari keluarga ikan buntal adalah Tetraodontidae. Nama ini diterjemahkan menjadi “bergigi empat,” mewakili empat gigi yang biasanya menonjol keluar dari mulut ikan buntal. Gigi ini sebenarnya menyatu dengan rahang ikan, menciptakan ketahanan yang dibutuhkan untuk menembus cangkang keras.
Sedikitnya ada 200 spesies ikan buntal . Ikan ini dikenal tangguh, sehingga mudah bagi mereka untuk beradaptasi dengan bebas di lingkungan apa mana saja.
ikan buntal memiliki berbagai ukuran, warna, dan adaptasi. Beberapa buntal berukuran kecil memiliki berat hingga 30 pon. Beberapa dari ikan ini memiliki duri yang halus, sementara yang lain ditutupi dengan duri yang keras.
Namun, hampir seluruh spesies memiliki fitur yang sama, yakni kantung udara yang dapat mengembang saat mereka merasa terancam.
Itulah fakta-fakta ikan buntal.
Jika tidak pandai mengolahnya, jangan sekali-kali mencoba memakannya. Karena dia memiliki racun yang mematikan.
Terbaru, pada Minggu 27 Juni 2021, 12 orang di Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, mengalami keracunan ikan buntal. Mereka sempat dilarikan ke IGD RSUD TC Hilers Maumere, namun 4 diantaranya meninggal dunia.
Peristiwa tragis ini berawal ketika pada Sabtu 26 juni 2021 malam, salah seorang warga berinisial KO menangkap ikan buntal dan memawa pulang ke rumah.
Keesokan harinya ikan ini disantap beramai-ramai. Dan tak lama kemudian, 12 orang mengalami keracunan. Warga dan kerabat sempat memberi mereka air kelapa muda, dengan maksud menolak racun dari dalam tubuh. Namun upaya ini tidak berhasil. Para korban lantas dilarikan ke rumah sakit, dan 4 diantaranya meninggal dunia. korban yang meninggal adalah, BS 43 tahun, AS 20 tahun, ALL 39 tahun, dan FMA 14 tahun. Semoga para korban dapat tinggal bersama Tuhan di Surga, dan kasus ini menjadi pelajaran bagi kita yang masih berziarah di dunia. (ci/ci)