Bupati Nagekeo Elias Djo menandatangani prasasti RSD Aeramo 8 Desember 2017.

sergap.id, MBAY – Usai perayaan HUT Kabupaten Nagekeo yang ke 11 dan pengresmian RSD Aeramo pada 8 Desember 2017 kemarin, banyak pihak mempertanyakan nama RSD Aeramo. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Pelihara, Oskar Mete.

Menurut Oskar, nama Rumah Sakit Daerah (RSD) yang baru diresmikan tidak semestinya diberi nama Aeramo, walaupun lokasinya berada di Aeramo. “Seharusnya diberi nama RSD Mbay. Contoh RSUD Ende, lokasinya berada di kampung Paupire, tapi namanya bukan RSUD Paupire, tapi RSUD Ende,” ujarnya.

Toh begitu, kata Oskar, mungkin Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo punya alasan sendiri soal pemberian nama RSD Aeramo itu.

Bupati Nagekeo, Elias Djo, menjelaskan, pemberian nama Aeramo merupakan penghargaan pemerintah kepada tokoh adat Suku Nataia yang telah menyerahkan tanah secara cuma-cuma kepada pemerintah untuk di bangun sebuah rumah sakit.

“Saya sudah menduga akan terjadi polemik seperti ini. Tetapi bagi saya bukan soal, yang penting bahwa sebuah rumah sakit daerah di Nagekeo sudah ada,” tegas Elias.

“Saya bersama wakil bupati sudah berdiskusi. Pak wakil tidak berkeberatan untuk nama RSD Aeramo itu,” ucapnya.

Tarian daerah mengisi acara pengresmian RSD Aeramo 8 Desember 2017.

Kata Elias, tuan tanah Suku Nataia, almarhum Mathias Padha Djawa adalah tokoh yang mempunyai andil besar hingga adanya RSD Aeramo.

“Tanahnya seluas 9 hektar dihibahkan secara cuma-cuma untuk kepentingan umum (RSD Aeramo). Jadi bagi saya nama RSD Aeramo sudah tepat,” tutupnya. (sg/sg)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini