Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat menyerahkan bingkisan bantuan kepada para petani berprestasi saat Peda KTNA ke XV di Mbay, Kabupaten Nagekeo, 19 April 2017.

sergap.id, MBAY – Rabu (19/4/17) pagi, Gubernur Provinsi NTT, Frans Lebu Raya membuka kegiatan Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XV di Lapangan Berdikari Mbay, Kabupaten Nagekeo.

Kegiatan yang dimulai sejak tanggal 19 hingga 22 April 2017 itu mengusung tema: Kita Mantapkan Kelembagaan Tani Nelayan dan Petani Hutan Dalam Rangka Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Menuju Kemandirian, Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Serta Kesejahteraan Petani Nelayan di NTT.

Acara pembukaan Peda KTNA Nagekeo disemarakkan dengan karnaval, parade alat dan mesin pertanian (alsintan) serta atraksi 1000 Penari Dero dari berbagai sekolah dan sanggar tari serta pemberian penghargaan dari Gubernur Lebu Raya kepada para petani berprestasi.

Arena Peda KTNA dikelilingi stan pameran milik 22 kabupaten di NTT yang diisi dengan aneka produk unggulan dari masing-masing kabupaten.

Dalam sambutannya, Gubernur Lebu Raya, mengatakan,  NTT adalah provinsi termiskin ketiga dari 14 provinsi miskin di Indonesia dengan angka 22,01 %.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat tiba di lokasi Peda KTNA ke XV di Mbay, Kabupaten Nagekeo.

Karena itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk memerangi kemiskinan adalah meningkatkan produktivitas usaha pertanian di wilayah pedesaan melalui program Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung, Kedelai, Bawang dan Cabe (Pajalebabe) dan Sapi Induk Wajib Bunting (Siwab).

“PEDA bertujuan memotivasi petani dan nelayan agar lebih mencintai profesi petani dan nelayan. Semoga Peda KTNA kali ini mampu menjadikan petani dan nelayan lebih giat dan terampil mengembangkan usaha tani/nelayan yang ada,” ujar Lebu Raya disambut tepuk tangan oleh sekitar 700-an petani nelayan yang datang dari 22 kabupaten di NTT.

Usai acara pembukaan, Peda KTNA diisi dengan lomba bongkar pasang handspayer, lomba memilih jenis kelamin anak ayam, lomba memilih jenis kelamin ikan karper, serta lomba mengupas plus membelah dan mencungkil kelapa, serta asah trampil cerdas tangkas.

Keesokan harinya, atau pada 20 April 2017, para peserta PEDA KTNA melakukan kunjungan lapangan (widyawisata) yang dibagi dalam dua grup.

Tarian Dero 1000 orang yang dibawakan oleh para pelajar di Mbay saat pembukaan Peda KTNA ke XV di Nagekeo.

GRUP PERTAMA mengunjungi titik-titik lokasi budidaya dan teknologi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan di wilayah Utara Nagekeo dalam radius dataran Mbay.

Awalnya para peserta diantar ke suatu titik di bukit Roe untuk bersama-sama melihat hamparan sawah Mbay seluas ± 6000 hektar yang membentang dari kiri hingga kanan Sungai Aesesa, Daerah Alirasn Sungan (DAS) terbesar di Pulau Flores.

Turun dari bukit Roe, peserta diantar lagi ke Aeramo. Disini para peserta akan diperkenalkan dengan teknik pertanian organik, yakni teknik budidaya padi sawah tanpa menggunakan bahan kimia anorganik; (lalu tentantif ke lokasi vertical dryer, yakni teknologi pengeringan jagung 3 ton per jam serta Unit Provessing Benih (UPB) skala modern.

Dari Aeramo, peserta diajak menuju ke Pelabuhan Marapokot dan mengikuti perkenalan sistem pertanian integrasi pola 234, yakni pola yang dalam areal 2 ha sawah, bisa 3 kali tanam padi-padi-jagung, sambil memelihara 4 ekor sapi hingga mampu meningkatkan pendapatan dan menjaga keseimbangan ekosistem yang ramah lingkungan. Dari integrasi tersebut akan dihasilkan pupuk organik berupa kompos dan bokasih, pestisida organik berupa bio urin dan kompor tanpa minyak tanah (Biogas).

Dari Marapokot, peserta diantar menuju Kampung Nila dan diperkenalkan dengan sistem Laboratorium Lapangan berteknologi irigasi pipa yang menghantar air ke tempat penanaman jagung.

Di tempat yang sama, para peserta diperlihatkan juga model Inseminasi Buatan (IB) yakni kawin suntik untuk memperbaiki mutu genetik sapi, dan juga Transfer Embrio (TE), yakni gertak birahi untuk memindahkan embrio sapi (dengan teknologi tinggi).

Ditempat yang sama juga dilakukan demo panen padi menggunakan alat panen modern (combina harvesther) bantuan Kementerian Pertanian. Petani juga diajak untuk demo tanam padi menggunakan mesin rice translpanter.

Menjelang senja, para peserta diantar ke Nggolonio. Di sana mereka menyaksikan dari dekat potensi ladang garam 1000 hektar lebih dan industri garam Jodium.

Parade alat dan mesin pertanian (alsintan) di Peda KTNA ke XV di Mbay, Kabupaten Nagekeo.

Sementara GRUP KEDUA menuju wilayah Selatan Nagekeo. Dari Mbay, peserta diantar menuju lokasi Agroforestri BPP Rendu. Di sana diperkenalkan model integrasi tanaman pertanian hortikultura dan kehutanan untuk menjaga kelestarian ekosistem terutama pada lahan-lahan marginal, lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 40 derajad melalui sistem teras sering dan pergiliran tanaman.

Lokasi percontohan ini mendapat dukungan sumber air baku dari 3 embung kecil bagian hulu, dialirkan ke SMKN Jawakisa dan BPP Rendu, selanjutnya dengan sistem perpipaan mengaliri tanaman di sepanjang daerah teras sering lahan kering.

Dari BPP Rendu, para peserta diarahkan menuju SPP St. Isidorus Boawae. Peserta kemudian mengunjungi Kebun SPMA sebagai Laboratorium Lapangan Agribisnis Terpadu (LLAT), yakni tempat pembelajaran tranfer teknologi skala kecil untuk pengembangan pertanian agribisnis (tanaman pangan, hortikultura, toga, Hijauan Makanan Ternak /HMT, ternak sapi dan unggas); serta pengolahan limbah menjadi pupuk bokashi dan biogas, energi terbarukan yang berperan menggantikan kompor pemanas minyak tanah. Juga pengolahan hasil pertanian dari bahan baku lokal menjadi aneka snack siap saji yang diberi nama Snack Jagung Nagekeo (SEJANA).

Para peserta memasuki kebun SPP, melewati areal HMT (tanaman legum, cimpelang kiri dan kanan) yang tumbuh dibawah perkebunan kelapa hibrida, menuju kebun jagung dengan penyiraman springkel (jagung tumbuh saat jagung tua masih ada/belum dipanen) serta irigasi springkel hortikultura dengan sumber air tanah dengan kedalaman 70 meter.

Selesai kunjungan di SPP, para peserta langsung menuju Kampung Sawu di Mauponggo. Selain menikmati makan siang di tempat ini, para peserta diberi kesaksian bahwa itulah kampung adat yang sumber kehidupan harian warganya berasal dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan seperti cengkeh, kakao, pala, lada, kemiri dan kelapa.

Selesai santap siang, para peserta kembali ke Mbay, dan di Wolosambi menyaksikan pameran sapi Mauponggo dan kendaraan-kendaraan expedisi yang siap mengantapulaukan pisang dan kelapa.

Para peserta juga diajak mampir di kawasan perkebunan Lajawajo, tempat sumber benih bersertifikat Nasional untuk tanaman cengekh dan pala.

Bupati Kabupaten Nagekeo, Elias Djo, mengatakan, Peda KTNA adalah kiat memotivasi petani dan nelayan agar menjadi petani dan nelayan yang sukses di daerah masing-masing.

“Momentum ini mempertemukan petani-petani sukses, penyuluh sukses, pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah), sehingga saling bertukar informasi  yang berkaitan dengan inovasi baru,” ujar Bupati Elias. (Advetorial)‎‎

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini