sergap.id, KUPANG – Tak banyak yang tahu nama buah ini. Namun di sebagian wilayah Pulau Timor, buah rasa pahit ini disebut Boko.
Selain memiliki 1001 khasiat untuk kesehatan, buah ini dulu dijadikan ember air oleh penduduk Timor, dan pemanfaatannya jauh sebelum arus modern masuk ke Pulau Timor.
“Sejak dulu nenek moyang kami kalau ambil air, ya pakai buah ini. Caranya, setelah buah ini matang, tandanya warna buah sudah kuning, kita petik. Setelah itu kita keluarkan isi perutnya, lalu kita jemur, dan ketika sudah kering kita tinggal pasangi tali. Kalau sudah begini, ya tinggal kita pakai seperti ember air,” ungkap Ketua RW 06, Desa Soba, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Meliaki Adonis (46), kepada SERGAP, Minggu (6/6/21).
Menurut Adonis, populasi pohon Boko di daerahnya sangat banyak. Bahkan tumbuh liar hingga ke pinggir pantai.
“Tapi karena rasanya pahit dan tidak bisa dimakan langsung, makanya masyarakat kurang peduli dengan Boko. Apalagi sekarang ini jaman su canggih to? Ya kami ambil air sudah tidak pakai Boko lagi,” ucapnya.
Dari penelusuran SERGAP, Boko adalah nama lain dari buah Berenuk atau buah Maja. Buah ini diketahui memiliki manfaat kesehatan, diantaranya mencegah dan mengobati penyakit kanker.
Selain itu, buah ini juga memiliki mitos kemakmuran, yakni dipercaya bagi siapa saja yang memiliki pohon ini bisa mendatangkan kekayaan dan peruntungan.
Mitos ini bukan hanya berlaku di Pulau Timor, tapi juga di India. Sebab di India, pohon ini dianggap sebagai lambang kemakmuran Dewa Siwa. Karena itu banyak orang percaya bahwa apabila pohon Boko atau tanaman Boko ini dimiliki oleh seseorang, maka pohon ini bisa mendatangkan keberuntungan, kekayaan, dan kemakmuran bagi pemiliknya.
Sebagian warga di timur Amarasi Barat juga percaya bahwa pohon Boko adalah pohon rejeki yang memiliki aura positif untuk karir, kepangkatan, rumah tangga bahagia, serta peruntungan yang nyata, apalagi disertai dengan kerja keras dan doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Pohon ini disini banyak sekali, tumbuh liar di hutan sana,” kata Adonis sambil menunjuk hamparan pohon liar di bagian selatan Desa Soba. (pet/pet)