sergap.id, MBAY – Satu Anggota Polres Nagekeo bakal dipecat dari kesatuannya karena terlibat kasus dugaan penipuan terhadap calon siswa Polri. Upacara pemecatan akan dilakukan di Mako Polres Nagekeo setelah sidang  Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dalam waktu dekat.

Demikian disampaikan Kapolres Nagekeo, AKBP. Yudha Pranata, SIK, SH, kepada SERGAP, usai merayakan Hari Ulang Tahun Polres Nagekeo Ke 3, Minggu 18 Desember 2022.

Yudha mengatakan, anggota yang akan dipecat itu saat ini sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Nagekeo.

“Kita sudah berkoordinasi dengan semua Polda dan Polres di Indonesia. (Secara khusus) sudah kita koordinasikan dengan Polda  Maluku, karena yang bersangkutan (DPO) berasal dari  Ambon”, terangnya.

Yudha mengaku, oknum yang bersangkutan terlibat dalam berbagai kasus penipuan yang mencoreng nama baik institusi Polri.

“Saya tidak perlu menyebutkan nama atau inisialnya, yang jelas oknum tersebut pasti dipecat. Ini janji sekaligus sumpah saya, biar kedepannya tidak ada lagi anggota yang seperti ini”, tegasnya.

Yudha menjelaskan, kasus yang melibatkan salah satu anggota Polres Nagekeo ini adalah kasus rekruitmen anggota Polri. Yang bersangkutan meminta uang kepada orang tua korban dengan iming-iming  anaknya bakal lulus test. Namun yang terjadi justru sebaliknya, uang hilang dan si calon siswa tidak lulus.

“Masih banyak kasus lain, termasuk penipuan dan korbannya adalah beberapa warga Nagekeo”, ujarnya.

“Kasus ini sudah kita proses dan tidak usah cemas, karena pada saat sidang pemecatan saya akan mengundang semua warga Nagekeo untuk ikut menyaksikan. Untuk kasus seperti ini saya tidak segan-segan ambil sikap tegas”, ungkapnya.

Yudha meminta kepada warga Nagekeo yang jika ada anaknya yang mau ikut seleksi Tamtama atau Bintara Polri jangan percaya terhadap calo. Jika ingin tahu informasi sebenarnya, maka datang langsung ke kantor dan temui langsung narasumbernya.

“Jika masih ada anggota saya yang melakukan tindakan seperti ini, catat nama dan pangkatnya, datang ke kantor dan lapor langsung ke saya. Nomor HP pribadi sudah saya sebarkan agar masyarakat bisa telpon atau WA langsung ke saya”, katanya.

Yudha menganalogikan calo itu ibarat menyampaikan pesan atau menitipkan uang. Pesan yang disampaikan sedikit tapi penyampaian ke telinga orang yang dituju akan menjadi lebih. Apalagi uang yang dititip lebih, namun sampai kepada penerima menjadi berkurang.

“Itulah manusia, tidak pernah merasa syukur dengan apa yang sudah ada pada dirinya”, pungkasnya. (sg/sg)