sergap.id, MBAY – Krisis air bersih di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo menjadi persoalan serius yang mesti segera diatasi. Sebab di desa ini hanya ada tiga sumur air dengan debit yang terbatas.
Kondisi ini dirasakan oleh warga Nggolonio setiap tahun. Bahkan akibat kekurangan air, populasi ternak Domba di daerah itu terus menurun dari tahun ke tahun.
Padahal Domba merupakan ternak unggulan di Nggolonio sejak dahulu kala. Itu karena padang pengembalaan di sana sangat cocok sebagai kawasan peternakan domba.
Data yang diambil dari Pemerintah Desa (Pemdes) Nggolonio menyebutkan, saat ini hanya tinggal sekitar 700an ekor domba.
Dan, untuk mengembalikan populasinya, para pemuda setempat yang tergabung dalam forum Pemuda Peduli Perubahan (P3) berinisiatif menggelar Festival Nakeng Lebu (Daging Domba).
Festival ini dilaksanakan sejak Selasa 15 hingga Sabtu 19 September 2019 dan dipusatkan di kaki Gunung Rowet.
Selain upaya mengembalikan populasi domba, festival ini juga bertujuann memperkenalkan cincin wisata Nggolonio, yakni panorama Gunung Rowet, keunikan Kampung adat Nggolonio, dan keindahan pantai Gusung.
“Lewat festival ini kita juga menciptakan lapangan kerja,” ujar Ketua Panitia Festival Nakeng Lebu, Paulus Budiman Dai kepada wartawan di kaki Gunung Rowet, Selasa (15/10/19).
Paulus menegaskan, yang tidak kalah paling penting dari festival ini adalah upaya melestarikan kembali populasi Domba yang terus berkurang dari tahun ke tahun akibat kelangkaan air.
Sebab, akibat kekurangan air itu, habitat kawanan domba menjadi gersang dan rumput yang menjadi pakan utama domba menjadi kering.
“Ini akibat kemarau panjang,” ucapnya.
Menurut dia, selain sebagai asupan gizi, keberadaan domba di Nggolonio sangat penting dalam urusan adat.
“Tanpa Domba (urusan adat) semuanya tidak akan berjalan,” katanya.
Penjabat Kepala Desa Nggolonio, Marselinus Lana, berharap, kehadiran Festival Nakeng Lebu bisa mengatasi krisis air bersi yang selama ini terjadi.
“Karena di Desa Nggolonio ini hanya ada tiga sumur air, yakni di Nggolonio, di Waemburung dan di Waelibho,” bebernya.
Karena itu dia meminta perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan DPRD Nagekeo.
Sejauh ini, kata Marselinus, pihaknya tengah berupaya memperluas jaringan air minum menggunakan dana desa di beberapa dusun, diantaranya Waebhule, Waelongkar, dan Waebatung .
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Nggolonio, Leonardus Lako Nale, mengatakan, upaya yang dilakukan oleh Pemdes Nggolonio sangat didukung oleh BPD.
Dia juga berharap PemkabNagekeo segera merealisasi proyek rigasi Mbay Kiri ke Nggolonio.
“Sehingga kebutuhan air melalui parit (saluran air) yang digunakan untuk irigasi sawah, bisa bisa sampai ke Nggolonio, bahkan sampai ke Lengkosambi (Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada). Semoga dalam waktu dekat sudah bisa terealisasi,” ujarnya. (sev/sev)