Kopi arabika asal Desa Golulada, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende.

sergap.id, ENDE – Sejak tahun 2014, Kopi Golulada sudah menembus pasar internasional. Bahkan menempati urutan ke 14 terbaik di Atlanta, ibu kota negara bagian Georgia, Amerika Serikat.

Kopi arabika asal Desa Golulada, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende ini memang memiliki cita rasa yang aduhai. Sekali teguk dijamin langsung ketagihan.

Tidak percaya?

Silahkan coba!

Ya,, kopi yang tumbuh di atas ketinggian 1050 – 1150 permukaan laut  ini memiliki kualitas yang sangat baik. Karena petani kopi disini menggunakan metote P3S,  yakni Pangkas, Pupuk, Panen Seri dan Sanitasi dengan baik dan benar.

“Kopi ini adalah kopi arabika,” tegas Kepala Desa (Kades) Golulada, Lukas Lawa, saat ditemui SERGAP di kediamannya di Buungeda, Golulada, Detusoko, Ende, Jumat (21/6/19).

Kades yang juga Aktivis Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Nusa Bunga ini menjelaskan, selain ke luar negeri, kopi Golulada juga telah dipasarkan di berbagai kota di Indonesia. Bahkan permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut Lukas, untuk bisa mendapatkan kopi yang berkualitas baik, ada beberapa tahap yang dilalui petani kopi Golulada.

Prosesnya dimulai dengan P3S, pasca panen (kopi yang dipanen adalah kopi yang berwarna merah), dan rambang atau sortir biji kopi.

Apabila dalam proses rambang banyak yang terapung, berarti P3Snya tidak diperhatikan secara baik.

Langkah selanjutnya adalah palper basah. Setelah itu masuk ke tahap fermentasi selama 36 jam.

Selanjutnya dicuci. Tujuannya adalah pemisahan lendir yang mengandung zat gula pada biji kopi, sehingga unsur asamnya menghilang.

Proses pencucian kopi dilakukan selama sepuluh kali. Lalu dilakukan penjemuran.

Waktu jemur tergantung  matahari. Kalau cuacanya  bagus, biasanya dijemur hanya selama 6 hari. Tetapi jika cuacanya kurang bagus, maka membutuhkan waktu 2 minggu agar kadar air di dalam biji bisa diminimalisir hingga 11 persen.

Penjemuran yang baik dianjurkan mengunakan yufi atau warikoko, bukan dijemur pada lantai atau terpal. Tujuannya agar biji kopi tidak terkontaminasi zat- zat lain.

Proses selanjutnya adalah menyimpan. Penyimpanan dianjurkan jauh dari asap rokok atau zat lain yang mampu membuat biji kopi terkontaminasi. Tempatnya pun harus di lumbung atau pada bangunan berlantai papan.

Sesudah proses penyortiran pada bagian green bean, baru masuk ke proses roasting. Roasting biasanya memakan waktu 18 menit jika jumlahnya 5 kilo gram sekali roasting. Namun jika ukuran 3 kilo gram, maka waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 15 menit sekali roasting.

Roasting kopi adalah proses pemanggangan biji yang masih mentah (green bean) hingga tingkat kematangan tertentu. Biji yang dipanggang akan siap untuk dikonsumsi setelah melewati first crack, biasanya ditandai dengan aroma manis karena proses karamelisasi di dalam biji.

“Trend dunia saat ini, kopi menempati urutan kedua setelah minyak dan gas. Itu berarti kebutuhan dan permintaan akan kopi sangat tinggi,” ucap Lukas.

Kepala Desa Golulada, Lukas Lawa.

Lukas mengatakan, sejauh ini Kopi Golulada sudah disebarkan di beberapa gerai kopi yang ada di Pulau Jawa dan Bali.

Tahun 2018 hingga 2019, permintàan kopi dalam bentuk greenbean sudah sebanyak 700 kilo gram, dengan rincian di gerai Aman Bogor sebanyak 200 kilo gram, dan gerai di Bali 500 kilo gram.

Selain itu, Kopi Golulada juga dikirim ke Atlanta, Amerika Serikat sejak tahun 2014.

“Di Atlanta, kopi ini mendapat urutan ke 14 terbaik. Ini yang menjadi kebanggaan petani Kopi Golulada,” ungkapnya.

Lukas berharap adanya festival kopi setiap tanggal 1 Juni bertepatan dengan hari ulang tahun Pancasila.

“Sehingga kopi ini makin dikenal,” ujarnya.

Sejauh ini, lanjut Lukas, penyebaran kebun kopi hanya ada di 33 desa yang berada di sekitar Taman Nasional kelimutu.

Lukas berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ende segera membangun sarana jalan dan infrastruktur lain menuju kantong-kantong produksi kopi.

“Berikan juga pelatihan dan rangsangan berupa stimulan agar petani kopi tetap fokus dengan produksi kopinya,” tutupnya. (frid/frid)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini