Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT, Jelamu Ardu Marius.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT, Jelamu Ardu Marius.

sergap.id, KUPANG – Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT, Jelamu Ardu Marius, menilai, upaya dan kerja keras pemerintah dan seluruh stake holders untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona belum signifikan.

“Kita melihat sebagaimana data-data sebelumnya kurva data kita naik turun dan khusus untuk OTG kurvanya semakin tinggi; tidak turun. Ini menunjukan kepada kita bahwa upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di NTT khususnya OTG harus betul-betul diberi perhatian dan juga tentu tidak hanya OTG juga ODP, PDP, tapi juga pasien tertular virus. Dari angka ini kita melihat bahwa memang pemutusan mata rantai penyebaran virus corona secara nasional belum terlihat sangat signifikan,” ujar Marius kepada pers di Kupang, Sabtu (09/05/2020) malam.

Menurut dia, kalau data itu dari hari ke hari menurun misalnya dari 500 turun 400, turun 300; itu bisa disimpulkan bahwa proses pemutusan mata rantai terlihat.

“Tapi dengan kurva statistikal yang selalu naik khususnya pasien tertular virus corona di Indonesia dan tidak cenderung menurun apalagi melandai, itu menandakan bahwa memang penyebaran virus corona di Indonesia masih sangat eskalatif dan tentu lampu merah bagi kita semua seluruh rakyat Indonesia, termasuk NTT. Ini perlu kita waspadai bersama,” katanya.

Marius menyetir sekaligus mengklarifikasi opini yang berkembang di media sosial tentang penggunaan istilah kluster.

“Kami juga memantau di facebook ada netizen yang mengatakan kenapa harus pakai klaster? Yah tujuannya supaya kita tahu. Supaya kita bisa lacak dengan siapa orang-orang itu bertemu. Atau dengan siapa mereka melakukan kontak fisik. Kita perlu tahu kluster Gowa, kluster Sukabumi, Klaster Magetan atau juga nanti kalau ada yang positif dari Denspasar kita namakan kluster Denpasar; kemudian juga dari Jakarta, klaster Jakarta dan sebagainya. Tujuannya supaya nanti memudahkan petugas melakukan tresing atau penelusuran; juga memudahkan masyarakat untuk bisa mengenali dirinya bahwa dia pernah kontak langsung dengan saudara-saudara kita misalnya yang datang dari Gowa, dari Jakarta, dari Denpasar, Makasar, Magetan atau Sukabumi dan sebagainya. Itu tujuannya kita menetapkan kluster-kluster,” jelasnya.

Marius menambahkan, jika masyarakat ingin mengetahui perkembangan penanganan Covid-19 di Provinsi NTT maka bisa diakses ke website gugus tugas Covid-19 yakni www.covid19.nttprov.go.id.

“Sehingga bisa melihat bagaimana perkembangannya. Perlu kami sampaikan bahwa kami masih juga berkoordinasi dengan Jakarta kalau misalnya di data Pemerintah Pusat belum muncul angka penambahan 1 yang positif kita tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk menyamakan data ini sehingga ada kesamaan data antara Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Provinsi NTT,” katanya.

Marius menambahkan, data yang terkumpul dari 22 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se NTT per Sabtu (9/5/20) malam adalah jumlah OTG di NTT sebanyak 568 orang, OTG saat ini 504 orang, dan OTG selesai dipantau 64 orang.

Jumlah ODP, PDP dan Konfirmasi sebanyak 1763 orang. ODP 1685 orang, selesai pemantauan 1381 orang. Konfirmasi 12 orang; saat ini 11 orang. Sampel yang dikirim sebanyak 236; 88 hasil lab negatif; 12 hasil lab positif; dan 136 belum ada hasil.

Terkait kebijakan Pemprov NTT mencarter pesawat untuk menjemput sampel swab di daratan Sumba dan Flores, Marius mengatakan, tim gugus tugas telah menjemput sampel swab dan telah dibawa ke laboratorium PCR di RSUD Prf. Dr. W.Z. Johanes Kupang sebanyak 7 koli dengan total sampel swab 210. (SP/Valeri Guru)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini