
sergap.id, KUPANG – Proses otopsi yang dilakukan oleh Kompol dr. Ni Luh Putu Eny Astuti, SpF beserta Aiptu Pius Pala, Amd, Kep (tim dokter RS Titus Uly, Kupang) terhadap jasad almarhumah Milka Boimau berakhir pukul 14.50 Wita, Senin (26/3/18).
Otopsi yang dilakukan di dekat makam Milka Boimau di RT019 RW 010, Kelurahan Nonbeis, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang itu di pantau langsung oleh 3 orang tim penyidik Polda NTT dan Kapolsek Amarasi, Iptu Petrus Taebenu.
Tim dokter tiba di lokasi pada pukul 10.00 Wita dan langsung melakukan pertemuan dengan keluarga almarhumah.
Setelah doa bersama di rumah almarhumah, pada pukul 11.00 Wita, makam TKI yang meninggal di Malaysia itu mulai dibongkar oleh Langor Balik, Nuel Nubatonis, Maksen Benu, Veda Ton, Lazarus Abineno, Beni Nubatonis, dan anggota keluarga almarhumah yang lain.
Saat makam dibongkar, ratusan warga yang menyaksikan pembongkaran itu meneteskan air mata. Namun beberapa di antara mereka bergidik ketakutan. Sebab pembongkaran makam untuk kepentingan otopsi kali ini adalah sesuatu yang baru untuk mereka.
Tepat jam 12.00 siang, peti jenasah Milka Boimau diangkat dari lubang kubur dan di bawa ke dalam tenda yang telah disiapkan untuk otopsi.
Pada saat penutup peti dibuka, banyak warga berlarian menjauh lantaran tak tahan mencium bau jasad yang menyengat. Akan tetapi sejumlah orang tampak tak bergeser dan terus menyaksikan proses otopsi.
Saul Boimau (78), kakak kandung almarhumah Milka Boimau, menjelaskan, otopsi dilakukan berdasarkan permintaan keluarga yang merasa aneh dengan kematian Milka Boimau.
“Kematian saudara kami sangat janggal. Bekas jahitannya (dari leher hingga kemaluan) sangat aneh. Data KTP dan Paspor dipalsukan. Otopsi ini agar kami mengetahui secara jelas penyebab kematian adik kami,” kata Saul.

Kapolsek Amarasi, Iptu Petrus Taebenu, mengatakan, hasil otopsi akan diumumkan oleh tim (Polda NTT) yang menangani kasus kematian Milka Boimau.
“Otopsi ini dibuat setelah keluarga melayangkan surat permintaan otopsi ulang kepada pihak kepolisian. Maka kita bantu untuk proses otopsi ini. Tetapi kesimpulan akhir dari hasil itu mesti dari tim yang menanganinya,” tegasnya.
Ketua Badan Pembantu Pelayanan Advokasi Hukum dan Perdamaian Sinode GMIT, Pendeta Emmy Sahertian yang turut menyaksikan proses otopsi tersebut, meminta polisi mengusut tuntas kematian Milka Boimau.
“Meskipun organnya lengkap (hasil otopsi), tetapi penyebab kematian masih tetap dipertanyakan. Karena hasil postmortem yg dilakukan di Malaysia tidak merupakan acuan surat keterangan kematian. Kini jaringan paru paru dan jantungnya diambil untuk di perdalam oleh dokter ahli,” papar Emmy kepada SERGAP.
Menurut dia, pihaknya akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas.
“Sudah sàatnya negara bekerja maksimal, sehingga mulai dari para pelaku di Indonesia maupun para penampung Pekerja Migran Indonesia diungkap. Karena ini menyangkut martabat Bangsa, martabat masyarakat NTT yang sudah lama diperbudak”, ucapnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Suster Laurentina, PI, salah satu tim JPIC Tarekat PI dan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Provinsi NTT, Maria Hingi.
“Hasil otopsi harus dikawal untuk dijadikan barang bukti,”tegas Laurentina.
Ria Boimau, ponakan Almarhumah Milka Boimau, saat memberi sambutan mewakili keluarga usai proses otopsi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim dokter dan penyidik Polda NTT yang telah datang melakukan otopsi sesuai permintaan keluarga.
“Semoga memiliki hasil yang baik. Hasil otopsi ini nanti akan kita dengar dari penyidik setelah proses penyelidikan dan penyidikan. Kami harap proses hukum dapat berjalan sampai akhir,” ucap Ria.
Setelah otopsi selesai, jenasah Milka Boimau kembali dimakamkan pada pukul 15.00 Wita. (fwl/fwl)