Sumur Air di belakang rumah pengasingan Bung Karno di Ende.
Sumur Air di belakang rumah pengasingan Bung Karno di Ende.

sergap.id, ENDE – Bung Karno ditangkap pada tanggal 1 Juni 1933 usai memimpin rapat politik di rumah milik Muhammad Husni Thamrin di Jakarta.

Bung Karno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin dan kemudian dipenjarakan selama enam bulan lebih tanpa proses pengadilan.

Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno yang saat itu berusia 32 tahun ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Bung Karno diasingkan atau dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya dianggap membahayakan kepentingan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Bung Karno dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Ende dengan kapal barang KM van Riebeeck. Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende dan langsung melaporkan kedatangan mereka ke kantor polisi.

Mereka kemudian dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja. Di rumah pengasingan inilah Bung KArno bersama istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi; dan kedua anak angkatnya, Ratna Juami dan Kartika menghabiskan waktu selama empat tahun.

Di Ende Bung KArno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.

Selama di Ende dari tahun 1934 sampai 1938, Bung Karno selalu menggali nilai-nilai untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Tempat paling favorit di tengah keterasingannya adalah di bawah pohon sukun, yang kemudian menjadi tempatnya menggali pemikiran tentang dasar Negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila pada tahun 1945. Hingga akhirnya tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada tanggal 18 Oktober 1938, tepat empat tahun, sembilan bulan empat hari, Bung KArno dipindah dari Ende ke Bengkulu.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951, Bung Karno yang saat itu sudah menjadi Presiden Republik Indonesia mengunjungi Ende untuk pertama kalinya. Beliau bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyatakan keinginannya agar rumah yang pernah ditempatinya dijadikan museum. Permintaan tersebut kemudian disetujui Haji Abdullah Ambuwaru.

Pada kesempatan kunjungan kedua pada tahun 1954, Bung Karno meresmikan rumah tersebut menjadi “Rumah Museum” pada tanggal 16 Mei 1954. (red/red)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini