sergap.id, KUPANG – Satu lagi TKI asal Provinsi NTT yang menjadi korban kebiadapan agent dan perekrut TKI. Kali ini menimpa Yeni Tfuakan, gadis 25 tahun asal Desa Oelnaineno, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.
Satu setengah tahun yang lalu, Yeni diberangkatkan ke Malaysia secara ilegal oleh perekrut TKI asal Kupang bernama Jhon.
Di Malaysia, Yeni bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Namun ia tak pernah dibayar sepeser pun oleh majikannya. Karena itu ia minta pulang, walau sesuai kontrak kerja, Yeni harus bekerja genap dua tahun.
Karena Yeni minta pulang, majikan Yeni lantas menghubungi agen penyalur untuk menjemput Yeni. Yeni kemudian dijemput, dilarikan, dan di sembunyikan di hutan Malaysia. Di hutan itulah Yeni di aniya hingga babak belur hingga mengalami amnesia atau daya ingatnya terganggu.
Yeni dianiaya agen karena agen kesal terhadap Yeni yang tidak mau bekerja sesuai kontrak selama dua tahun.
Yeni akhirnya dipulangkan lewat Batam dan sempat di tampung oleh Dinas Sosial setempat. Namun dari situ Yeni melarikan diri mengikuti dua temannya ke Jawa Timur untuk selanjutnya kembali ke Kupang. Tapi Yeni justru ditinggalkan oleh dua temannya asal Banjarmasin itu di Tuban, Jawa Timur.
Karena kebingungan tak tahu harus kemana, Yeni akhirnya tidur di emperan sebuah toko di jalan Kebon Sari, Gang Ikhlas, Nomor 86, Tuban. Beruntung si pemilik toko, yakni M. Nurcholis berhati baik. Yeni lantas di ajak ke rumahnya.
Kini dua bulan sudah Yeni tinggal bersama keluarga Nurcholis. “Saya sudah anggap dia seperti keluarga saya sendiri,” ucap Nurcholis saat dihubungi SERGAP via telepon, Jumat (2/3/18) malam.
Menurut Nurcholis, dua teman Yeni itu sudah dijemput oleh seseorang dan sudah kembali ke Banjarmasin.
“Sekarang ini, Yeni terganggu secara psikis. Komunikasinya tidak lancar. Kalau berkomunikasi dengan dia, saya harus bicara perlahan-lahan sampai dia mampu mengingatnya. Saya kasihan, makanya saya ajak dan bawa dia ke rumah saya,” papar Nurkholis.
Nurkholis menjelaskan, saat ini Yeni ha hanya memegang sebuah surat keterangan sakit dari dokter di Batam Center dan sebuah Alkitab. Sedangkan surat-surat penting lainnya seperti tanda pengenal tidak ada sama sekali.
“Waktu saya ketemu pertama kali, saya ajak bicara, tapi Yeni ketakutan. Mungkin karena trauma. Jawabannya nggak (tidak) nyambung semua pak. Setelah saya bersama istri saya mencoba menenangkannya, baru dia mau cerita. Itu pun dengan susah payah,” ujar Nurcholis.
Kepada Nurcholis Yeni mengaku, ketika dirinya dijemput oleh Anin dari Hutan Malaysia, dirinya juga dianiaya oleh Anin. Begitupun ketika sampai di Batam. “Di Batam itu dia dipukul dan disiksa,” kata Nurcholis.
Sementara itu, Yeni yang coba diajak komunikasi oleh SERGAP via telepon hanya mampu mengingat ketika dirinya dijemput oleh agen dari rumah majikannya dan di jemput oleh Anin dari hutan Malaysia ke Batam.
“Beta dipukul di dada dan masih sakit. Waktu itu ketong lari ke hutan. Yang bawa ketong dari Malaysia bernama Anin dari Kupang. Sampai di Batam beta kena pukul lagi. Akhirnya dengan kawan ketong lari, dan ketong sampe di Tuban sini. Beta takut kaka. Beta orang tua sudah meninggal,” ucap Yeni.
Saat ditanya SERGAP tentang siapa keluarganya di Takari yang bisa dihubungi cepat, Yeni menjawab tidak ingat lagi. “Beta sonde tau lagi kaka,” tegasnya.
Walau begitu, kepada SERGAP, Yeni mengaku ingin segera pulang ke Takari. “Kaka beta mau pulang Kupang,” pintanya sambil menangis.
Nurkholis berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dapat segera memfasilitasi kepulangan Yeni dan mempertemukan kembali Yeni dengan keluarganya di Takari.
Marina Nenobais, teman Yeni di Takari yang dihubungi SERGAP via WhatsApp, Sabtu (3/3/18) malam, membenarkan kalau Yeni berasal dari Desa Oelnaineno, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.
“Iya kaka, saya kenal dia. Yeni itu sama saya masih satu kampung,” kata Marina. (fwl/fwl)