sergap.id, KOBALIMA – Menjadi cerita wajib ketika musim kemarau tiba. Sebagian daerah di NTT mengalami kekeringan. Tak terkecuali di Dusun Welaus, Desa Lakekun Utara, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka.
Warga disini sangat kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa antri hingga pukul dua pagi agar bisa mendapatkan air.
Jika tidak kebagian, biasanya warga harus antri lagi di keesokan harinya. Maklum, debit air yang berasal dari sumber mata air di kampung ini kini menurun drastis. Pasokan air tak mampu lagi masuk ke bak penampung yang telah dibangun oleh pemerintah sejak tahun 2016 lalu.
Itu sebabnya, warga terpaksa mencopot pipa menuju bak dan langsung menadah air menggunakan jerigen atau ember.
Sumber air ini adalah satu-satunya yang bisa diakses oleh warga. Sebab, sumur-sumur milik warga mengalami kering total.
“Kami mulai mengantri air bersih dengan masing – masing gerobak dari jam 10 malam hingga jam 2 malam, kami antri hingga dua puluan gerobak, bahkan ada yang tidak dapat air terpaksa harus pulang kosong ke rumah dan menunggu hingga besok pagi untuk antri lagi pada dua titik bak penampung air yang dibangun pada tahun 2016. Hingga kini masih berjalan walau debit airnya makin kecil, sedangkan bak penampung yang lainnya tidak teralir lagi, sebab debet airnya tidak mencukupi,” ujar Niko Manek, warga Dusun Welaus kepada SERGAP, Selasa (7/8/18).
Menurut dia, selain debit air menurun, bantuan air bersih dari Pemerintah Kecamatan Kobalima belum juga bisa memenuhi kebutuhan warga. Sebab air yang disuplai pakai mobil tangki seminggu sekali itu hanya memberi jatah kepada setiap kepala keluarga (KK) sebanyak 10 jerigen ukuran lima liter.
Jumlah air ini tak sebanding dengan kebutuhan minum, memasak, mandi, cuci dan wc.
Kata Niko, warga Dusun Welaus mampu membiayai pembuatan sumur bos. Hanya saja di kampung mereka hingga kini belum mendapat pasokan listrik.
“Sampai menjelang akhir tahun (2018) ni, pemasangan tiang listrik belum juga selesai. Entah apa alasannya? Kami kritik, kami dibilang bodok. Bahkan ketika saya berkomentar, saya dibilang geger otak,” ucap Niko, emosi.
Camat Kobalima, Fransisikus Teti Nahak, menjelaskan, tahun ini, curah hujan di Kobalima dan sekitarnya sangat kurang.
Itu sebabnya, hampir semua sumur air milik warga, terutama yang berada di dataran tinggi mengalami kekeringan.
“Solusi yang kami ambil saat ini adalah pelayanan air bersih dengan mobil tangki kecamatan, yang dijadwalkan mengantar setiap dua atau tiga kali dalam seminggu,” katanya.
Kata dia, pihaknya lebih memperioritaskan tiga desa yang lebih parah mengalami kekeringan, yakni Desa Sisi, Desa Babulu dan Desa Babulu Selatan.
“Sedangkan permintaan air untuk acara nikah maupun kematian, untuk saat ini kita masih stopkan, sebab banyak permintaan air bersi oleh warga Kobalima,” tutupnya. (sel/sel)