sergap.id, RENDU – Air terjun Ngabatata menawarkan keindahan alami yang layak untuk dinikmati. Namun untuk menuju kesana, pengunjung perlu menyiapkan stamina dan bekal yang memadai.
Sebab jarak tempuh menuju air terjun jauhnya sekitar 30 Kilo Meter (KM) dari Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo.
Pengunjung pun masih harus melakukan tracking melewati padang sabana dan tebing sepanjang dua kilo meter untuk bisa sampai ke sana.
Nah,,, untuk ke Ngabatata dengan kendaraan, pengunjung bisa melalui Desa Labo Lewa, Kecamatan Aesesa, juga bisa melalui pasar Raja, Kecamatan Boawae.
Waktu yang dibutuhkan sekitar 2 sampai 3 jam. Maklum jalannya rusak parah. Dan, ketika sampai di Desa Rendu Butowe, kendaraan harus di stop. Karena dari situ pengunjung hanya bisa mencapai tujuan dengan berjalan kaki melewati padang ilalang dan tebing terjal.
Dari puncak tebing menuju air terjun bisa memakan waktu sekitar 30 menit. Itupun pengunjung harus ekstra hati-hati turun sambil memegang kayu dan tali hutan agar tidak terjatuh.
Tapi setelah sampai di bawah, capek dan perjuangan langsung terbayar dengan pemandangan yang wow.
Itulah sebabnya banyak wisatawan, baik lokal maupun manca negara memilih berkemah ketika datang ke tempat ini.
Menurut beberapa pengunjung, air terjun Ngabatata merupakan lokasi kemah paling nyentrik di Pulau Flores.
Selain berada di pedalaman Nagekeo, destinasi wisata terindah ini juga menyediakan suasana horor di malam hari. Gelap gulita dan bunyi suara binatang malam membuat pengunjung merasakan betul bagaimana jika tersesat di alam liar pada malam hari.
Pingin coba? Saran pengunjung yang sudah pernah kesana adalah buatlah perencanaan yang matang, siapkan bekal sesuai kebutuhan kemah, dan selamat menikmati!
Sekertaris Dinas Pariwisata Nagekeo, Silvester Teda, mengatakan, tinggi air terjun Ngabatata mencapai 86 meter dan tertinggi di Pulau Flores.
“Pemandangannya luar biasa. Bahkan saya tidak bisa melukiskannya dengan kata-kata,” kata Teda kepada SERGAP, Jumat (18/1/19).
Keindahan air terjun Ngabatata juga diakui oleh Bendara Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Nagekeo, dr. Martha Lamanepa.
“Air Terjun Ngabatata di Musim Hujan. Akhirnya bisa sampai disini. Melawati jalan terjal, curam dan licin. Surga terpencil yang dinikmati setelah melalui pengalaman trackking yg sangat memacu adrenalin,” Tulis Lamanepa di akun facebooknya, Kamis (17/1/19).
Tanam Pohon
Selasa ((15/1/19) kemarin, Dinas Pariwisata Nagekeo bersama Kepala Desa Rendu Butowe, PHRI Nagekeo, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rendu Tutubhada dan Renduola, Orang Muda Katolik (OMK) serta Relawan Peduli Lingkungan Kecamatan Aesesa Selatan melakukan aksi tanam pohon sapta pesona di lokasi air terjun.
Lokasi tanam adalah sepanjang jalan menuju air terjun kurang lebih 1,3 kilo meter.
“Anakan pohon yang disiapkan oleh kita sebanyak 100 anakan Trembesi. 30 anakan kita tanam di lokasi rest area, tepatnya di atas bukit Renduola, sedangkan 70 anakan lainnya kita tanam di Jawatiwa, lokasi menuju air terjun,” papar Silvester Teda.
Menurut Silvester, kegiatan sosial tersebut merupakan aksi sukarela yang dikoordinir oleh Dinas Pariwisata Nagekeo.
“Kita galakan demi majunya pariwisata Nagekeo,” ucapnya.
Wakil Ketua PHRI Nagekeo, Fortunatus Naga, menjelaskan, gerakan sapta pesona adalah aksi nyata dalam upaya menjaga kelestarian alam di sekitar lokasi air terjun.
“Wisata ini perlu kita jaga dan rawat. Karena ini aset berharga. Ngabatata memang belum banyak di ketahui orang. Tapi kedepan pasti menjadi destinasi favorit. Apalagi kalau sudah ditata oleh pemerintah secara baik, baik jalan menuju kesana, maupun infrasruktur pendukung lainnya. Ya kita harapkan adanya perhatian serius dari pemerintah,” ujar Fort. (sg/dc)