
sergap.id, KISAH – Tanggal 7 Juli 2000 menjadi hari buruk bagi Tarsius Eri Hardi. Pria 37 tahun ini diberondong oleh orang tak dikenal. 7 peluru bersarang ditubuhnya. Walau operasi sukses, namun ia divonis lumpuh permanen.
Itu sebabnya, selama 16 tahun, mantan mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi di Yogyakarta itu hanya bisa duduk di kursi. Jika ingin mandi atau buang air besar (BAB), ia harus dibantu.
Derita yang dialami Tarsius berawal dari liburannya ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Persis di tanggal 7 Juli 2000, ia mendengar ada ribut-ribut di Mapolres Manggarai. Setelah diselidiki ternyata disana sedang terjadi demonstrasi massa terkait penanganan kasus Rabies.
Karena ingin tahu, Tarsius pun menuju titik unjuk rasa. Namun tak lama kemudian ia mendengar bunyi tembakan senjata polisi yang memaksa demonstran bubar. Ujungnya, massa lari kocar-kacir menyelamatkan diri. Tak terkecuali Tarsius. Ia lari menyusuri Jalan Katedral di depan Mapolres Manggarai ke arah utara.
“Saya ingat saya jatuh di depanTaman Kanak-kanak (TK) Bhayangkara. Saya diberondong tembakan tujuh kali. Saya tidak tahu darimana datang tembakan, dan sampai hari ini saya tidak tahu siapa yang menembak saya. Ketika saya jatuh Lalong yang menolong saya,” ujar Tarsius, Jumat (15/4/2016).
Setelah tertembak, Tarsius dilarikan ke salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Operasi mengeluarkan proyektil peluru pun berhasil dilakukan tim dokter. Namun kata dokter, Tarsius mengalami lumpuh permanen. Sebab syaraf dan sumsumnya tidak lagi berfungsi seperti biasanya.
Kisah pilu ini diceritakan kembali oleh Tarsoius saat ia menerima kunjungan Wakil Bupati Manggarai, Drs.Victor Madur dan Kadis Sosial Nakertrans Manggarai, Drs.Rafael Ogur yang datang memberikan bantuan kursi roda dan tongkat kepadanya.
Sanak family tarsius yang mendapat kunjungan Rafael cs tampak menangis terharu. Maklum baru kali ini Tarsius mendapat perhatian dari pemerintah semenjak dirinya tertembak. (AL/PK)