sergap.id, KOBALIMA – Siapa yang mau jadi petani? Mungkin dari 100 pemuda milenial, tak satu pun yang ingin menggeluti profesi ini. Apa sebab? Jawabannya adalah gengsi peradaban yang telah berubah dari harus kerja menjadi harap gampang.
Banyak contoh di lingkungan sekitar. Orang tua saban hari, sejak pagi hingga sore, habiskan waktu di sawah atau di ladang untuk bercocok tanam, eh… anak-anaknya malah ongkang bermain game di handphone.
Tapi itu tidak berlaku bagi Siprianus Bouk, warga kampung Molosoan, Desa Rainawe, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka.
Pemuda yang kini berusia 30 tahun itu, beberapa tahun belakangan sangat menikmati profesinya sebagai petani. Apalagi dari hasil kerjanya, ia mampu membeli kendaraan dan membangun sebuah rumah.
Beberapa tahun lalu, pria yang akrab disapa Us Bouk ini, sempat mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Namun gagal.
Ia sempat putus asa. Tapi itu tidak berlangsung lama.
Sebab, dalam renungan kesehariannya, hatinya bergumam, profesi apa saja, kerja apa saja, jika dilakoni dengan sungguh, pasti ada hasilnya. Apalagi soal rejeki dan mati telah di atur oleh Yang Maha Kuasa.
Karena itu, dia mulai beranjak dari nganggur panjangnya dan mulai berusaha menanam sayur. Alhasil, panen perdananya menghasilkan uang banyak. Bahkan bisa memodali perluasan lahan sayurnya.
Dari tahun ke tahun hasil panennya terus bertambah. Pemasaran sayur mayurnya pun terus membaik. Hingga akhirnya pada tahun 2017 lalu, ia mampu membuka sebuah mini market khusus menjual sayur tak jauh dari rumahnya.
Sayur yang dijual antara lain Terong, Sawi Putih, Kangkung, Peria, Kacang Panjang, Tomat, Selada Air dan Lombok.
Untuk memperluas wilayah pemasarannya, ia pun membeli sebuah sepeda motor tiga roda. Karena menurut dia, kunci utama mendapat untung pasca panen adalah ketepatan waktu pemasaran. Sehingga sayur masih segar untuk dikonsumsi.
Karena itu, sebelum menanam atau memproduksi sayur, harus terlebih dahulu melakukan survei kecil-kecilan untuk mengetahui kebutuhan pasar.
“Jangan sampai ketika panen, harga sayur menjadi rendah karena pasokan melimpah. Karena itu sebelum tanam kita harus tahu dulu kebutuhan pasar, termasuk jenis sayur yang dibutuhkan. Karena orang lain juga menanam sayur,” ujar Us saat bincang-bincang dengan SERGAP, Senin (24/6/19).
Kini, kehidupan ekonomi Us sudah terbilang sukses. Namanya cukup dikenal, dan tempat usahanya telah menjadi rujukan bagi masyarakat Malaka, khususnya Kobalima, yang membutuhkan sayur.
Selain kerja keras, kata Us, keberhasilannya sekarang ini, juga berkat motivasi keluarga dan sahabat kreatif Orang Muda Katolik (OMK) Santo Laurensius Wemasa. (sel/sel)