sergap.id, TOKAN – Pemerintah Desa (Pemdes) Lambunga, Mangaaleng, Suku Tokan, Pepak Geka dan Muda di Kecamatan Klubagolit, Kabupaten Flores Timur (Flotim) sepakat membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada Juli 2018.
Janji ini disampaikan Pemdes 4 desa di Pulau Adonara itu kepada Wakil Bupati Flotim, Agus Boli, saat berkunjung ke Desa Mangaaleng, Rabu (14/3/18).
Agus pun sangat mensuport niat 4 pemdes itu. “BUMDdes merupakan bentuk penguatan terhadap lembaga ekonomi desa, serta alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi yang ada,” tegasnya.
Empat tujuan penting pendirian BUMDes adalah:
- Meningkatkan Perekonomian Desa
- Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD)
- Meningkatkan Pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat
- Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.
Untuk bisa mencapai 4 tujuan itu, maka harus dilakukan pemenuhan kebutuhan (Produktif dan Konsumtif) masyarakat melalui pelayanan barang dan jasa yang dikelola oleh masyarakat dan Pemdes.
BUMDes juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (pihak luar Desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan sesuai standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi pedesaan disebabkan oleh usaha BUMDes.
“Dengan mengembangkan kerjasama antar desa dan pihak ketiga (luar desa), akan menciptakan meningkatnya ekonomi masyarakat, meningkatnya PAD, dan peluang lapangan kerja baru,” kata Agus.
4 BUMDes di Kecamatan Klubagolit itu akan fokus pada pemasaran Kelapa dan Kakao.
“Potensi utama di Klubagolit ini adalah Kelapa dan Kakao. Tapi kenyataan selama ini, nilai tawar komoditi ini menjadi rendah. kenapa? Karena di kelolah secara tradisional oleh masing-masing warga. Untuk itu, satu-satunya jalan keluar untuk menaikan nilai tawar harus melalui pemasaran secara bersama,” imbuhnya.
“Jika penjualan Kelapa (Kopra) dan Coklat dalam skala yang banyak, tentu harus difasilitasi oleh pemerintah melalui BUMDes dengan sistem pemasaran bersama. Dengan begini nilai tawar pasti naik,” ujar Agus.
“Kita harus manfaatkan tol laut (yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi) untuk pemasaran komoditi yang ada. Kopra dan Coklat akan di jual langsung di Surabaya, karana perbandingan harga antara Flotim dan Surbaya cukup tinggi. Contoh saat ini harga Kopra di Flotim berkisaran Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu per kilo gram, namun di Surabaya mencapai 100 persen,” paparnya.
“Selain menjual komoditi kita ke Jawa, kita juga dapat membeli keperluan kita, seperti semabako dan barang-barang lainnya untuk dipasarkan lagi di wilayah kita,” kata Agus.
Menurut Agus, BUMDes harus berperan sebagai distributor. BUMDes tidak bisa secara langsung menjual sembako kepada masyarakat, sebab ini dapat merugikan pedagang kios yang ada di desa.
Dari selisih usaha penjualan komoditi, sembako serta kebutuhan lainnya itu dapat menjadi PAD, dan PAD itu sedniri dapaat digunakan untuk pembayaran honor RT, hansip dan kebutuhan Pemdes lainnya. (ek/ek)