Upacara Bendera memperingati Hardiknas di Lapangan Umum Betun, Malaka, Senin 7 Mei 2018.

sergap.id, BETUN – Sedianya upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dilakukan setiap tanggal 2 Mei. Namun di Kabupaten Malaka, upacara baru dilaksanakan pada Senin, 7 Mei 2018.

Upacara yang dipimpin langsung oleh Bupati Malaka, dr. Stef Bria Seran dan dihadiri oleh seluruh guru dan Kepala Sekolah se Kabupaten Malaka itu dilakukan di Lapangan Umum Betun, Kecamatan Malaka Tengah.

Kegiatan berlangsung lancar dan aman. Situasi hening terlihat pada sesi mengheningkan cipta mengenang jasa para pahlawan. Pengibaran Sang Saka Merah Putih dipercayakan kepada anak-anak SMA Negeri Harekakae.

Bupati Stef dalam sambutanya, mengatakan, momentum Hardiknas adalah 2 Mei, namun sesuai agenda kelender kerja Pemda Malaka, maka Senin 7 Mei 2018, baru bisa dilaksanakan upacara bendera.

“Tetapi momentum Hardiknas tetaplah 2 Mei,” tegasnya.

Menurut dia, tema Hardiknas kali ini adalah dengan semangat hardiknas kita letakkan fondasi yang kokoh dan dinamis untuk mewujudkan masyarakat Malaka yang cerdas dan berbudaya.

Karena itu, Bupati Stef meminta para pendidik di Malaka tetap memegang teguh pada tugasnya masing-masing sesuai nilai yang telah di tinggalkan oleh para pahlawan pendidikan.

Upacara bendera diakhiri dengan foto bersama dan menari Tebe (tarian budaya Malaka).

Menari Tabe bersama usai Upacara Bendera Hardiknas di Lapangan Umum Betun, Malaka, Senin 7 Mei 2018.

SEJARAH HARDIKNAS

Hardiknas ditetapkan pada tanggal 2 Mei sesuai tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara. Ia adalah orang yang berjasa besar dalam dunia pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Atas jasa-jasanya dalam pembangunan dunia pendidikan, ia kemudian dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional pada 28 November 1959 melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 tahun 1959.

Ki Hadjar Dewantara juga terkenal dengan tulisannya, dimana ia seringkali terlibat masalah dengan Belanda akibat tulisannya yang tajam mengkritisi Belanda.

Salah satu tulisan yang terkenal adalah “Als Ik Eens nederlander Was”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Seandainya Saya Seorang Belanda”. Karena tulisan ini ia akhirnya diasingkan oleh Belanda ke pulau Bangka.

Setelah itu, dia sempat menjadi wartawan di beberapa media massa seperti Oetoesan Hindia, De Express, Midden Java, Sedyotomo, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Hingga akhirnya dia diangkat menjadi Menteri Pendidikan pada saat Kabinet Pertama Republik Indonesia terbentuk.

Dia juga sempat mendapatkan gelar Doktor Kehormatan yaitu Doctor Honoris Cause, Dr.H.C. yang diberikan oleh Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1957.

Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada usia 70 tahun. Tepatnya pada tanggal 26 April 1959.

MAKNA HARDIKNAS

Untuk membantu para pelajar lebih memahami makna hari pendidikan nasional, biasanya sekolah-sekolah atau institusi pendidikan mengadakan upacara untuk mengenang para pahlawan yang berjuang bagi kemajuan dunia pendidikan.

Dengan begitu para pelajar diharapkan dapat mengingat perjuangan para pahlawan dan lebih menghargai serta memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Disamping peran guru di sekolah, peran orang tua juga sangat berpengaruh bagi perkembangan para pelajar dan dunia pendidikan. Hal yang paling mudah adalah para orang tua diharapkan dapat memberikan contoh yang baik tentang bagaimana berperilaku dengan norma-norma dan pendidikan dasar.

Oleh sebab itu, mengetahui sejarah Hardiknas serta makna hari pendidikan nasional dinilai sangat penting agar generasi muda selalu mengingat perjuangan untuk memajukan dunia pendidikan tidak diraih dengan mudah. Sehingga dunia pendidikan di tanah air mampu berjalan maju dan berkualitas. (sel/red)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini