sergap. Id, KUPANG – Aksi tolak terorisme kembali dikumandangkan oleh Rektor, Dosen dan Mahasiswa Unwira Kupang, Senin (14/5/18) petang, sekitar pukul 18.00 Wita.
Pernyataan mengutuk terorisme yang disertai bakar lilin dan doa bersama itu dilakukan di bawah patung St. Arnoldus Yansen dalam kompleks Kampus UNWIRA baru di Penfui, Kupang.
Aksi ini sebagai bentuk empati dan bersolidaritas dengan para korban bom bunuh diri di 3 Gereja di Surabaya yang menewaskan banyak umat.
Hadir dalam kegiatan ini Ketua Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus Yansen, Pater DR Gregorius Neonbasu SVD, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Pater DR Philipus Tule SVD, mahasiswa dari berbagai Program Studi, para dosen, para pegawai, serta segenap simpatisan dan alumni yang jumlahnya lebih dari 7000 orang.
Aksi ini dikoordinir oleh Pater Ocep Riang SVD dari Campus Ministry UNWIRA Kupang.
Pater Ocep mengajak semua orang untuk berbela rasa dengan para korban bom bunuh diri serta mendoakan semua orang yang mengalami pengalaman traumatis itu.
“Kita datang ke tempat ini dengan jiwa dan air mata untuk para korban, untuk keluarga yang ditinggalkan, untuk mereka yang mengalami pengalaman traumatis. Mari kita berdoa untuk mereka. Kita jangan biarkan mereka berjalan dan merasa sakit sendiri,” pinta Pater Ocep memecah keheningan.
Ia lantas mengajak semua peserta dan simpatisan untuk berdoa Rosario 1 Peristiwa dengan merenungkan Peristiwa Sedih Yesus Berdoa Kepada BapakNYA dalam sakrat maut.
“Mari kita berdoa untuk para korban dan seluruh masyarakat yang trauma dengan peristiwa bom bunuh diri itu, semoga Tuhan memberikan kekuatan dan semoga mengalami peristiwa menyakitkan ini dalam terang iman,” ajak Pater Ocep sambil memimpin doa Rosario.
Usai berdoa, Pater Philipus menyampaikan sambutan singkat dan membacakan pernyataan sikap mewakili segenap Civitas Akademika Unwira Kupang.
“Atas nama Civitas Akademika UNWIRA Kupang saya menyatakan sikap mengutuk setiap teror kepada masyarakat. Ini sikap kami untuk dunia dan Indonesia. Kita merasa prihatin dan berdoa di bawah Patung St. Arnoldus Yansen serta membakar lilin sebagai simbol duka kita kepada para korban. Dan, lilin yang dibakar ini berjumlah 7000 batang,” tegasnya.
Berikut 5 pernyataan Rektor Unwira terhadap aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katolik St. Maria Tak Bercela Ngagel, GKI Diponegoro, dan Gereja GPPS Arjuno di Surabaya pada tanggal 13 Mei 2018.
- Menyampaikan keprihatinan atas serangkaian teror bom di Surabaya dan Jakarta. Menyampaikan belasungkawa bagi anggota POLRI, umat Kristiani , umat agama lain yang telah menjadi korban dari teror bom itu.
- Mengajak semua warga negara Indonesia dan umat beragama yang mengimani Tuhan untuk mengecam dan mengutuk keras tindakan para teroris yang sesat.
- Mengajak semua umat Kristiani untuk tetap tenang dan tidak mengambil tindakan kontraproduktif dengan berkesimpulan bahwa tindakan teror itu adalah tindakan umat Islam.
- Menghimbau para dosen untuk terus membina para mahasiswa untuk awas dan waspada terhadap berbagai ideologi radikal dan teroris, terus mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan, mendidik para mahasiswa dengan budi perketi luhur serta karakter dan nilai-nilai universal.
- Menghimbau agar pemerintah dengan semua perangkatnya harus hadir dengan kekuatan dan kewibawaan penuh dalam mencegah, menghadang, dan menindak tegas pelaku teror.
Febri, salah satu peserta aksi bakar 700 lilin tersebut, mengatakan, aksi teror adalah aksi sesat yang harus dilawan dengan tidak merasa takut.
“Motivasi paling dalam dari pelaku teror dan bom bunuh diri itu adalah kebencian dengan orang lain. Dengan pandangan lain. Dengan agama lain. Dengan aliran politik lain. Mereka membenci segala sesuatu diluar lingkaran mereka. Kebencian itu mendorong mereka merasa sah dan berbuat brutal. Terhadap setiap aksi terorisme bukan saatnya lagi Cuma memasang stiker “Kami Tidak Takut”. Saatnya kita berkata ,”Kami Siap Melawanmu,” katanya.
Aksi 7000 lilin dan berdoa bersama berjalan aman dan berakhir pada pukul 19.00 Wita atau jam 7 malam. (fwl/fwl)