sergap.id, MAUNORI – Walau dikerjakan sejak tahun 2016, namun sampai akhir 2019 ini, proyek pembangunan gedung rawat jalan Puskesmas Maunori, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, belum selesai juga.
Sesui kontrak 2019, proyek senilai Rp 1.167.303.700,06 yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAU) itu seharusnya mulai dikerjakan sejak 18 November 2019 dan berakhir 31 Desember 2019.
Namun hingga hari ini, Senin 25 November 2019, pengerjaan lanjutan bangunan rawat jalan tersebut belum juga dimulai.
Data yang dihimpun dari LPSE Nagekeo, menyebutkan, tender proyek ini dimenangkan oleh CV. Vabrilin.Co yang beralamat di Bajawa, Kabupaten Ngada.
Anggota Komisi lll DPRD Nagekeo, Yohanes Kristostomus Gore, mengaku, tanggal 21 November 2019 lalu, dirinya telah mendatangi lokasi proyek untuk memastikan apakah proyek tersebut sudah mulai dikerjakan atau belum?
“Tahun 2019 akan segera berakhir, tapi gedung itu sama sekali belum mulai dikerjakan. Di lokasi tidak ada aktivitas pekerjaan. Papan proyek juga tidak ada. Proyek ini terancam gagal,” ungkap Gore kepada SERGAP, Senin (25/11/19).
Gore menjelaskan, proyek gedung rawat jalan ini merupakan proyek lanjutan yang mulai dikerjakan sejak tahun 2016. Tapi karena tidak selesai di 2016, maka kontraktor yang bersangkutan di PHK.
Proyek ini kemudian diusulkan dan dilanjutkan pada Tahun Anggaran (TA) 2019. Tapi lagi-lagi proyek ini terancam gagal.
Ironisnya, untuk menyelesaikan proyek yang sama, pemerintah dan DPRD telah menetapkan anggaran tambahan pada APBD TA 2020.
“Ini merupakan kebutuhan penting masyarakat. Lanjutan pekerjaan ini juga diusulkan sebagai kebutuhan prioritas dalam Musrenbang Tingkat Kecamatan Keo Tengah,” katanya.
Gore mengaku heran dengan kebijakan dan kinerja Dinas Kesehatan Nagekeo terkait penyelesaian proyek tersebut.
“Mengapa dinas tidak melakukan upaya agar proyek ini dapat berjalan? Kalau dibiarkan berarti dinas yang merencanakan kegagalan ini,” tohoknya.
Gore meminta Bupati dan Wakil Bupati Nagekeo tidak berdiam diri.
“Gedung rawat jalan ini sangat penting bagi sebuah puskesmas. Proses tender dan lain-lain sudah selesai. Mengapa belum mulai dikerjakan? Kalau Puskesmas terus dibiarkan tanpa gedung rawat jalan, pasien di sini mau disuruh rawat dimana?,” sergahnya.
Camat Keo Tengah, Hilda Muta Kasi, mengamini apa yang diutarakan Gore.
“Itu usulan prioritas Kecamatan Keo Tengah dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Hilda, mengatakan, saat ini masyarakat sangat membutuhkan fasilitas rawat jalan dan rawat inap yang memadai.
Sebab akses jalan dari dan ke wilayah Keo Tengah sangat jelek.
Kondisi ini sangat berpengaruh buruk bagi pasien jika harus dirujuk ke RSUD Ende atau RSUD Bajawa.
“Puskesmas Maunori sudah mencapai strata utama, kalo bisa diapresiasi dengan pembangunan sarpras kesehatan yang lebih memadai lagi,” ucapnya, berharap.
Walau tidak ada aktivitas di lokasi proyek, namun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Kesehatan Nagekeo, San Nage, bersikeras proyek tersebut tidak akan mangkrak.
Menurut dia, pengerjaan proyek itu hanya sedikit terlambat dari waktu yang ditetapkan, karena kontraktor lebih memprioritaskan pengadaan material non lokal ketimbang lokal.
“Sekarang di lapangan sudah mulai kerja,” katanya.
San Nage pun mengancam jika kontraktor tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, maka si kontraktor akan dikenai sanksi tegas. (sev/sev)