sergap.id, KUPANG – Lembaga Penelitian Undana Kupang menggelar seminar nasional dengan tema “Pengembangan Pariwisata Rumah Perempuan dan Anak” di Swiss Bellin Hotel, Jumat (3/11/17).
Seminar ini dibuka oleh Pembantu Rektor 1 Undana Kupang Dr. David B. W. Pandie, MS dan dihadiri oleh Guru Besar Universitas Negeri Jember / Ketua Tim Pengelola Mobilisasi Dosen dan Ahli Kementerian Ristek dan Dikti RI Prof. Dr. M. Arief Amrullah, SH, M. Hum, dan ASDEP Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Ekslploitasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Rini Handayani, SE, MM.
Ketua Panitia Seminar yang juga Kepala Pusat Penelitian Gender dan Anak Undana Kupang, Reny R. Masu, SH. MH menjelaskan, pariwisata merupakan salah satu dari empat aspek trend perekenomian dunia yang terdiri dari perdagangan, transportasi, telekomunikasi, dan pariwisata.
Pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha peningkatan pendapatan negara, propinsi maupun daerah. Juga sebagai kekuatan pemersatu bangsa, masyarakat, dan negara, serta sebagai wadah mengangkat dan melindungi harkat dan martabat perempuan dan anak.
Propinsi NTT, kata Reny, memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun dalam perkembangannya perempuan dan anak menjadi korban terselubung dari pariwisata. Padahal anak adalah harapan bangsa dan negara, bahkan keluarga.
Menurut dia, perempuan sendiri memiliki kemampuan potensial yang dapat menjadi ujung tombak permasalahan kemiskinan di NTT. Apalagi Kementerian Pariwisata telah menetapkan NTT sebagai salah satu pilot model pelaksanaan PUG bidang pariwisata yang mengarahkan keterlibatan perempuan dalam seluruh tahapan perencanaan, pelaksanan, monev kebijakan, program dan kegiatan.
Sementara itu, David Pandie, meminta semua elemen atau stake holder pariwisata untuk mempromosikan pariwisata. Sebab NTT memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
“Pariwisata kita memiliki efek negatif yakni eksploitasi terhadap perkembangan perempuan dan anak. Kita perlu memikirkan pariwisata yang ramah perempuan dan anak, dan mohon dikelola dengan bijaksana. Jangan sampai menjadikan pariwisata itu sebagai sex tourism,” kata David.
Kepada SERGAP.ID, David, mengingatkan, agar jangan sampai asesoris pariwisata berkembang karena sex tourism. Pariwisata yang berkembang dengan banyaknya jumlah kunjungan adalah efek.
“Padahal di dalamnya marak terjadi penjualan perempuan dan anak yang dijadikan sebagai objek seks. Jangan menghilangkan martabat perempuan dan anak. Kita harus mengontrol pengaruhnya. Pariwisata karena seks atau seks di dalam pariwisata, itu keliru”, tegas David.
Ia berharap masyarakat NTT dapat menjadi tuan rumah yang ramah sehingga pesona pariwisata alam dan pariwisata kuliner dapat berkembang dengan baik.
Dia juga meminta para pengusaha pariwisata yang nakal untuk segera menghentikan praktek perdagangan perempuan dan anak dengan modus pariwisata.
Kepala Pusat Pariwisata Kebudayaan Undana, Apriana H. J. Fanggidae, SE. Msi, menjelaskan, kasus perdagangan perempuan dan anak di NTT sangat tinggi di tengah meningkatnya kunjungan pariwisata lintas sektoral.
Menurut Fanggidae, issue yang beredar selama ini menyebutkan bahwa di dalam pariwisata ada bisnis seks.
“Praktek seks itu perempuan dan anak menjadi korban. Oleh karena itu seminar nasional yang diadakan Lembafa penelitian Undana dapat memberikan pelajaran untuk menghambat ekses negatif dari pariwisata. Kita harus melakukan tindakan preventif supaya seks bebas, pedofilia, eksploitasi perempuan dan anak tidak terjadi. Pariwisata itu murni alamnya, budaya, assesoris”, tegasnya.
Seminar kali ini berjalan cukup alot dengan moderator Prof. Dr. Mintje Ratoe Oedjoe, M. Pd dan narasumber Prof. Dr. Arief Amrullah, SH. M. HUM, Rini Handayani, SE. MM, Dr. David B. W. Pandie, Prof. Dr. Mintje Ratoe Oedjoe, M. Pd, dan Dr. Madius Ardu Jelamu, M.Si. (fwl/fwl)