sergap.id, KUPANG – Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, mendukung rencana Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, menutup Taman Nasional (TN) Pulau Komodo demi pelestarian alam dan satwa Komodo.
Namun, Anwar meminta Viktor untuk mengkaji regulasi dari rencana penutupan tersebut.
“Rencana penutupan tersebut harus berdasar pada regulasi agar tidak bertentangan dengan hak pengelolaan yang menjadi tanggungjawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) selama ini,” kata Anwar kepada wartawan di Kupang seperti dilansir Antara, Selasa (22/2/19).
Anwar menegaskan, apabila penutupan TN Komodo dilakukan demi peremajaan tanaman endemik dalam kawasan TN maupun untuk menjaga populasi komodo sebagai hewan purba agar tidak punah, maka perlu didukung.
“Ide pak gubernur sudah baik, tetapi harus tetap mengacu para regulasi yang berlaku sehingga tidak terjadi benturan dengan pemerintah pusat,” tegasnya.
Lalu apa komentar masyarakat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat terkait rencana penutupan itu?
Ardi, salah seorang warga Labuan Bajo seperti dilansir detikTravel, Senin (21/1/19), mengungkapkan, pemberitaan tentang rencana penutupan TN Komodo sudah ramai diperbincangkan masyarakat Labuan Bajo.
Menurut dia, banyak masyarakat yang menolak atau tidak setuju dengan rencana tersebut.
“Hampir semua masyarakat menolak. Jika ditutup selama 1 tahun, kita orang Labuan Bajo dan penduduk di Pulau Komodo mau makan apa?” kata Ardi.
Yang dimaksud Ardi adalah TN Komodo sudah menjadi destinasi wisata dan masyarakat di sekitarnya sudah menggantungkan hidup di sektor pariwisata. Jika ditutup, maka pemasukan ekonomi masyarakat akan berkurang.
“Penduduk di Pulau Komodo banyak yang menjual suvenir dan menawarkan homestay. Orang-orang di Labuan Bajo, menyewakan kapal kepada wisatawan. Setiap tahun selalu ramai kunjungan wisatawan yang mana itu menjadi pemasukan ekonomi buat kita,” paparnya.
Kata Ardi, selama ini tidak pernah ada masalah terkait pariwisata dan habitat komodo. Jika penutupan dikarenakan habitat rusa menurun akibat perburuan ilegal, berarti masalah keamanannya yang harus diperketat.
“Belum pernah ada masalah antara wisatawan dengan komodo. Selama pariwisata jalan, habitat komodo juga baik-baik saja. Kalau masalahnya karena habitat rusa turun, berarti keamanan harus diperketat. Tidak perlu sampai ditutup taman nasionalnya selama 1 tahun,” pintanya.
Sejauh ini aktivitas pariwisata di TN Komodo masih berlangsung normal, dan rencana penutupan daerah wisata di ujung barat Pulau Flores itu pun masih sebatas wacana.
Sebelumnya, Gubernur Viktor berencana menutup TN Komodo dari kunjungan wisatawan selama satu tahun sebagai upaya meningkatkan jumlah populasi komodo dan rusa yang menjadi makanan utama komodo.
“Pemerintah NTT akan melakukan penataan terhadap kawasan Taman Nasional Komodo agar menjadi lebih baik, sehingga habitat komodo menjadi lebih berkembang. Kami akan menutup selama satu tahun,” kata Viktor sebagaimana dikutip dari Antara (20/1/2019).
Namun dia tidak menjelaskan kapan waktu penutupannya.
Menurut Viktor, saat ini habitat komodo sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo semakin kecil akibat berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.
“Kondisi tubuh komodo tidak sebesar dulu lagi, karena populasi rusa sebagai makanan utama komodo terus berkurang karena maraknya pencurian rusa di kawasan itu,” tegasnya.
Viktor khawatir apabila rusa semakin berkurang, tidak tertutup kemungkinan komodo akan saling memangsa untuk mempertahankan hidup.
“Insting sebagai binatang akan muncul apabila rantai makanan berkurang. Apabila makanan utamanya melimpah, maka instingnya akan berbeda. Hal itulah yang mendorong pemerintah melakukan penataan kawasan komodo dengan menutup sementara kawasan itu dari kunjungan wisatawan selama satu tahun,” katanya. (ant/dtk)