Dirut Bank NTT, Izhak Eduard Rihi.

sergap.id, KUPANG – Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Izhak Eduard Rihi, mengatakan, terciptanya ekonomi masyarakat yang sejahtera dalam lima tahun kedepan, bukan hanya mimpi politik Gubernur NTT, Viktor Laiskodat.

“Ini bukan mimpi kosong. Karena Bank NTT punya peran strategis dalam menterjemahkan dan mengeksekusi mimpi Gubernur,” ujar Izhak kepada wartawan di Kantor Bank NTT, Kupang, Rabu (6/11/19).

Namun untuk menterjemahkan mimpi besar tersebut, kata Izhak, Bank NTT harus mentrasformasi visi misi Bank NTT agar selaras dengan visi misi Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT di bawah kepemimpinan Gubernur Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur Joseph Nae Soi.

“Bank NTT saat ini bukan sekedar menjadi bank yang sehat, kuat, dan terpercaya saja. Tetapi Bank NTT hari ini akan menjadi rumah pembendaharaan dan kesejatraan rakyat NTT. Artinya, kita akan mengelolah seluruh aset, baik milik rakyat maupun pemerintah, untuk semaksimal mungkin diupayakan menuju kesejateraan masyarakat,” katanya.

Menurut Izhak, agar aset ekonomi tersebut bisa dikelola dengan baik, maka pihaknya akan mengembangkan sistem rating ekonomi rakyat guna mengidentifikasi dan mendata semua aset yang produktif.

“Dengan memetakan aset ekonomi masyarakat itu, kita akan menemukan reting ekonomi NTT berbasis ekonomi rakyat. Kita akan langsung ke rakyat sesuai dengan aset ekonominya. Di Kabupaten Alor misalnya, rakyat itu punya apa saja? Kita akan punya data menyangkut potensi tersebut,” ucapnya.

Kata Izhak, Bank NTT memiliki dua grand strategi menuju NTT Paling Sejahtera selaras visi Gubernur Laiskodat, yakni, pertama, berperan aktif menurunkan angka kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta Kedua, fokus pada pembangunan industrialisasi dan infrastruktur daerah.

“Sehingga masyarakat bisa dibantu, dan industri dapat dikembangkan. Kenapa industri dikembangkan? Karena ciri sebuah daerah yang maju harus ada industrinya. Kita punya banyak potensi unggulan daerah, tetapi kita tidak sampai ke industrinya. Karena itu, Bank NTT saat ini sedang mengembangkan skema ekosistem pembiayaan,” paparnya.

Lanjut Izhak, ekosistem pembiayaan adalah pembiayaan secara terintregasi dari hulu ke hilir.

Contoh membiayai Kopi Bajawa. Kita tidak hanya membiyai orang tanam, tapi kita biayai dari tanam sampai pabrik mengolah kopi. Sehingga keluar namanya Torabika Flores yang sama levelnya atau mungkin kualitasnya lebih hebat dari Kopi Kapal Api misalnya.

Kita juga akan membangun ekosistem pariwisata. Mulai dari revitalisasi objek wisatanya hingga revitalisasi rumah rakyat menjadi homestay.

Kalau kita bangun hotel 100 kamar, mungkin ratusan miliyar yang kita butuhkan. Tetapi kalau kita merevitalisasi rumah rakyat untuk diinap oleh wisatawan, ini akan langsung berdampak pada ekonomi rakyat.

Ini yang namanya share ekonomi.

Kita juga siapakan operator untuk mengelola obek wisata. Karena kelemahan kita selama ini adalah kita punya tempat wisata yang bagus, tapi tidak punya operator yang handal.

Kalau ini siap, maka resiko kredit bank akan kecil. Karena pembiyaannya secara total. Masyarakat pun akan didorong agar ekonominya tumbuh. Inilah skema pembangunan yang kita siapkan.

Kita juga menyiapkan skema pinjaman daerah yang kita sebut dengan nama pinjaman daerah NTT Bangkit, NTT Sejatera. Karena sejaterah harus ada stimulasi (dorongan) besar. Kalau kita hanya normatif saja dengan mengandalkan APBD kita, kita mau ganti Presiden, ganti Gubernur berapa kali pun, NTT begini terus.

Ada tiga tahap dalam membangun NTT. Pertama, membangun insfrastruktur pelayanan publik, agar ada koneksi antar wilayah dan terhubung dengan pusat-pusat ekonomi.

Kedua, membangun infrastruktur UMKM. Mulai dari rantai UMKM, rantai industrilisasi dan rantai infrastruktur.

Ini menjadi tahap awal. Ibarat kita mau semut datang, kan harus ada gula. Infrastruktur itulah gula yang kita siapkan. Setelah itu tergantung “semut” mana yang datang.

Sebagai bank, Bank NTT punya peran sebagai lokomotif perubahan menuju NTT bangkit, NTT sejahtera.

Kemarin kami sudah lakukan tawaran pinjaman daerah kepada pemerintah. Tapi kita terkendala dengan berbagai regulasi, diantaranya Bank NTT masih berada dalam kategori Bank Buku 2 (Bank dengan kepemilikan modal inti antara Rp 1 triliun hingga kurang dari Rp 5 triliun).

Memang ada pembatasan, tetapi ada celah aturan yang kita bisa pakai untuk mendapat pinjaman daerah untuk dijamin oleh pemerintah pusat.

Pinjaman daerah itu sudah kita tawarkan kepada Pemprov NTT sebesar Rp 1 triliun dan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (di seluruh NTT) sebesar Rp 200 miliar. Total sekitar Rp 5,6 triliun.

Sekarang ini kita sedang berupaya untuk dijamin oleh Pemerintah Pusat sesuai aturan BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang harus dipatuhi.

Untuk mengawal dana ini kita siapkan teknologi. NTT ini kan daerah kepulauan. Bagaimana kita mensinergikan ini? Saat ini kesannya pemerintah jalan sendiri, perbankkan jalan sendiri, koperasi jalan sendiri, LSM apa lagi.

Nah kita harus mensinergikan mereka sebagai sebuah kekuatan. Siapa yang bisa mensinergikan ini? Ya teknologi.

Karena itu kami membangun sistem Integrity Eeconomy Recovery Online Sistem (INTERCOS). Melalui sistem digital ini, Bank NTT akan menjadi pintu masuk bagi investasi dan pengelolah keuangan. Dan, seluruh lembaga keuangan di NTT, baik koperasi, lembaga keuangan mikro, bumdes dan lain sebagainya akan bersinergi dengan Bank NTT.

Sistem ini kami kasi secara gratis. Kenapa ini penting? Karena yang beredar adalah uang. Bagaimana memastikan uang sampai kepada orangnya? Bagaimana memastikan pengendaliannya? Ini butuh teknologi, butuh sistem.

Jika ini semua berjalan baik, maka lima tahun kedepan, NTT bangkit, NTT sejahtera, bukan hanya mimpi kosong. Ini akan menjadi kenyataan.

Komisaris Independen Bank NTT, Samuel Djoh.

Komisaris Independen Bank NTT, Samuel Djoh, pun mendukung upaya Dirut Bank NTT meningkatkan perekonomian rakyat.

“Kami akan melakukan pengawasan. Kebijakan direksi ini akan tertuang dalam rencana bisinis dan rencana bisnis butuh persetujuan Dewan Komisaris dan OJK untuk dioperasionalkan,” ujarnya.

Apalagi, kata Samuel, rencana bisnis tersebut merupakan upaya menterjemahkan visi misi Gubernur NTT dan visi misi Bank NTT sendiri.

“Apakah implementasi cocok atau tidak? Hasil akhir yang kita inginkan adalah tingkat kesehatan bank ini,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu, berharap, upaya Direksi Bank NTT tersebut mendapat dukungan dari semua kalangan masyarakat.

“Kita mendorong masyarakat untuk menjadi produsen dan konsumen. Uang akan berputar disini. Selama ini kebutuhan kita banyak diimpor dari luar, misalnya gula, sampo, dan lain-lain. Pinang saja didatangkan dari luar. Triliunan rupiah untuk belanja kebutuan ini. Karena itu Gubernur punya ide untuk minimalisir pengeluaran itu. Ini untuk mengurangi ketergantungan dari luar. Contoh, lihat saja Tronton (truk ekspedisi) di Flores sana, setiap hari muat pisang ke luar. Setelah itu kembali dalam bentuk kripik yang dijual di Super Market di NTT. Karena itu kita harus bisa menjadi produsen. Sehingga bisa memenuhi konsumsi,” katanya.

Menurut Marius, NTT memiliki semua potensi untuk menjadi masyarakat ekonomi.

“SDM kita sangat siap. Orang NTT ini cerdas. Cuma kurang percaya diri saja. Misal buat sabun dari kelor, awalnya tidak ditanggapi dengan sigap, siap Pak Gubernur! Tapi didahului dengan perasaan ragu-ragu,” ucapnya sambil melempar senyum.

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu.

“Kita bisa maju bersama, Bank NTT back up kita. Karena itu kita menabung disana, kita pinjam disana. Bank NTT sama dengan bank lain di Indonesia. Kedepan kita memiliki peluang besar. Masyarakat akan menjadi tuan di rumahnya sendiri,” imbuhnya.

Marius pun mengajak masyarakat untuk manfaatkan Bank NTT dalam urusan transaksi Keuangan. Apalagi sistem digital yang dimiliki Bank NTT sudah sangat bisa membantu masyarakat. (cis/cis)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini