
sergap.id, PROFIL – “Adam pada saat itu mengucapkan kalimat nan kesohor itu: Ai Tuhan, dengan wanita saya kepala sakit, tanpa wanita saya sakit kepala.”
Penggalan pidato Bung Kanis Pari (almarhum), ketika diberi kesempatan oleh Gubernur Ben Mboy (almarhum) pada acara ulang tahun Dharma Wanita Unit Setda NTT, sungguh baru dirasakan dampaknya sekarang.
Kehadiran sosok perempuan Timor, Ir. Emelia Julia Nomleni dalam pentas Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023, bikin banyak kalangan benar-benar kepala sakit. Emi, demikian Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten TTS Masa Bhakti 2015-2020 ini biasa disapa, merupakan satu-satunya perempuan dalam konstetasi calon gubernur dan wakil gubernur NTT, kali ini. Bahkan, ia menjadi perempuan NTT pertama yang masuk dalam bursa calon pemimpin NTT.
“Ini bukan sebuah kebetulan, saya menjadi calon Wakil Gubernur NTT mendampingi Pak Marianus Sae. Tapi, ini merupakan rencana Tuhan. Kita tidak pernah tahu yang Tuhan mau buat atas diri kita. Maka, marilah bersyukur sambil memohon kepadaNya,” ucap Emi Nomleni, mengomentari penetapan dirinya menjadi Cawagub dari Koalisi Kerakyatan – PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Perempuan kelahiran Kupang, 19 September 1966, ini memang sarat pengalaman. Dia aktif dalam berbagai kegiatan perempuan, kepemudaan maupun gereja. Tengok saja, jejak kiprahnya di organisasi. Emi tercatat sebagai pendiri sekaligus pengurus CIS GAMKI-GMKI yang sekarang berubah nama menjadi CIS TIMOR, tahun 1998-2004. Dia juga jadi pengurus Yayasan Bina Satria, tahun 1998-2004, dan pendiri sekaligus pengurus Yayasan Cerminan Masyarakat Rasional (CEMARA,) tahun 1999-2004.

Tak cuma itu. Arsitek jebolan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia, Jakarta (1985-1992) ini juga pernah menjabat Sekretaris Karang Taruna Kelurahan Oetete (1995-1996), anggota Karang Taruna tingkat Provinsi NTT (1996-1998), pengurus KNPI, Kabid Peranan Wanita DPD GAMKI NTT (1996-2004), anggota BP Pemuda GMIT (2000-2004), Kabid Organisasi Pemberdayaan Daerah Asosiasi dan Himpunan DPD KADIN Kota Kupang (2001-2006), bendahara DPD GAMKI NTT (2004-2008), Ketua DPD GAMKI NTT (2010-2013) dan Ketua PERBASI NTT periode 2013-2017.
Di lingkungan gereja, Emi Nomleni menjadi Majelis Jemaat GMIT Ebenhaezer Oeba selama empat periode berturut-turut. Yakni, periode 2003-2007, periode 2007-2011, periode 2011-2015, dan periode 2015-2019.
Alumnus SD Negeri Naikoten I Kupang, 1973-1979, SMP Negeri II Kupang (1979-1982) dan SMA Negeri I Kupang (1982-1985) ini, pernah menjadi Site Engineering dan Perencana pada Konsultan Teknik CV. Abadi Karya (1996-1998), Konsultan Teknik CV. Kendali Handal dan CV. Geo Citra Konsultan, tahun 2000-2003. Dia pun pernah menjabat ketua Team Leader pada Konsultan Teknik CV. Cipta Design (1998-1999).
Boleh jadi, berbagai aktivitas yang dijalaninya itulah yang membentuk dirinya menjadi perempuan tangguh yang berani menantang arus patriarkhi yang masih super kuat di bumi Flobamora. Dan, tahun 2004, Emi Nomleni bermetamorfosa dari aktivis perempuan menjadi politisi perempuan. Dia terpilih menjadi anggota DPRD NTT dari daerah pemilihan Timor Tengah Selatan (TTS). Dua periode menjadi anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (2004-2009 dan 2009-2014), Emi dipercaya menduduki beberapa jabatan strategis di fraksi maupun komisi-komisi DPRD NTT.
Pada masa bhakti 2004-2009, usi Emi menjabat Wakil Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, sekaligus Sekretaris di Komisi E, kemudian pindah jadi Sekretaris D, dan berlabuh hingga akhir jabatan di sekretaris Komisi A. Pada periode kedua, Emi menjabat Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, dan sempat menjadi sekretaris Komisi D, sebelum memangku jabatan Ketua Komisi B DPRD NTT.
Tak cuma di Dewan. Di Partai, PDI Perjuangan NTT, Emi Nomleni dua periode menjadi Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi NTT (2005-2010 dan 2010-2015). Sejak 2015 lalu, Emi Nomleni memimpin DPC PDI Perjuangan Kabupaten TTS (2015-2020)
Perempuan politik harus memiliki visi untuk membangkitkan kepercayaan politik kaum perempuan dan memperjuangkan keterwakilan dalam sistem politik Indonesia. Dan, ini terus diperjuangkan Emi Nomleni. Kepala Badan Pengelola Kawasan Industri Bolok Kupang (2014-sekarang) yang sempat memperoleh cincin emas Klas III dan Piagam dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, tahun 2009 ini, menegaskan bahwa kemunculannya dalam kepemimpinan NTT menjadi Wakil Gubernur adalah untuk memastikan bahwa perempuan NTT sudah tidak tertinggal.
Ya, “Kehadiran saya menjadi calon Wakil Gubernur, dan jika direstui Tuhan dan leluhur, terpilih nantinya, saya harus bisa memastikan bahwa kekerasan terhadap kaum perempuan NTT sudah harus dikurangi sampai benar-benar hilang,” tegasnya, bersemangat.

Penampilan Emi Nomleni memang berbeda dengan kebanyakan politisi perempuan. Dia tidak repot dengan rambutnya yang sudah memutih. Pun, tidak sibuk dengan urusan rebounding untuk meluruskan rambutnya agar tampil lebih menawan. Sederhana. Tapi berwibawa. Begitulah kesan kebanyakan orang terhadapnya.
Megawati Soekarno Putri, mantan Presiden RI, bahkan terkesima dengan penampilannya dengan balutan tenunan Timor. Ya, ketua umum DPP PDI Perjuangan itu pun mengagumi rambut Emi Nomleni yang hanya disanggul sederhana. “Ini pertanda dia seorang perempuan pekerja keras,” ucap Megawati ketika mengumumkan pasangan calon gubernur-wagub NTT.
Koleganya, Dai Radja, sesama mantan aktivis GMKI-GAMKI, pun mengamini kalau Emi Nomleni adalah seorang pekerja keras. “Saat urus kegiatan, kita rapat sampe tengah malam juga dia ikut. Sonde peduli kalau dia itu perempuan,” ujarnya.
Tentu saja, semangat kerja keras dan integritas pribadinya itu menjadi modal besar dalam mengelola pemerintahan nantinya bersama Marianus Sae, cagub fenomenal dari Ngada, Flores. Emi dan Marianus, seolah menjadi perpaduan yang sungguh serasi. Bisa saling meneguhkan, sekaligus menguatkan kepemimpinan NTT nantinya.
Akankah Emi Nomleni mengikuti jejak perempuan politisi di pentas politik nasional semisal Tri Risma (Walikota Surabaya), Rieke Diah Pitaloka (Anggota DPR RI), Rica Tjiptaning, Puan Maharani, Puti Guntur (Cawagub Jatim), Karolin Margret Natasa (cagub Kalbar)? Hanya Tuhan yang tahu. Ya, usi Emi pasti menjawabnya begitu.
Dan, seperti banyak dibilang kalangan cerdik pandai, bahwa lelaki memimpin dengan otak, perempuan memimpin dengan hati. Maka, ada harapan bagi NTT yang lebe bae di lima tahun mendatang. Apalagi, MS – EMI sudah bertekad untuk membangun dari desa. Desa kuat, kabupaten kuat. Kabupaten kuat, Propinsi Kuat. Dari NTT, Emi Nomleni berkiprah untuk Indonesia. (Tim Media MS-EMI)