sergap.id, WOLOWAE – Marselinus Loi, salah satu petani sawah di Desa Nata Toto, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, mengaku, hasil panennya tahun ini lebih banyak dari tahun kemarin.
“Tahun lalu hanya 19 karung. Tapi tahun ini saya dapat 23 karung. Kali ini saya pakai pupuk organik Hayati Cair Manjat,” ujar Loi kepada SERGAP, Jumat (17/5/19).
Loi tampak tersenyum bangga dengan hasil yang ia dapat. Ayah satu anak ini tak henti-hentinya menghaturkan puji syukur kepada Tuhan.
Padahal luas sawahnya hanya seper empat hektar.
Dia mengaku, hasil panen sawah warisan orang tuanya ini, beberapa tahun terakhir terus menurun, walau berbagai jenis pupuk kimia sudah ia pakai untuk menyuburkan tanah.
Toh begitu ia tak patah semangat. Apalagi ia tak punya pekerjaan lain.
Sejak kecil ia sudah bekerja di sawah sebagai petani sebagaimana umumnya warga Desa Nata Toto lainnya.
Kerja keras terpaksa harus dilakoninya sembari terus putar otak agar tingkat kesuburan tanahnya kembali normal.
Terbersit pikiran membiarkan sawahnya menganggur selama satu musim panen.
Batang jagung setelah panen tahun sebelumnya dibiarkan, padahal biasanya dibakar untuk menyongsong musim tanam padi.
Selama lahan sawahnya tak ditanami, dia mencoba untuk beralih pada pupuk organik. Ia berharap dengan menggunakan pupuk organik, tingkat kesuburan tanah kembali meningkat.
“Dulu ketika orang tua masih hidup, cukup diberi sedikit pupuk kimia, tanaman langsung subur. Tapi belakangan, meski pupuk kimia ditingkatkan, hasil panen terus menurun,” bebernya.
Hasil kerjanya ternyata tak sia-sia. Sawahnya kembali memberikan hasil yang sangat memuaskan. Tingkat kesuburan tanahnya kembali normal. Jumlah panen meningkat menjadi 23 karung atau hampir mendekati hasil puncak yang pernah dinikmati semasa orang tuanya masih hidup.
”Hasil panen tertinggi pernah mencapai dua ton lebih,” paparnya.
Sebagai ketua Kelompok Tani Sa Ate Nata Toto, Loi tak ingin petani yang menjadi anggotanya terus dilanda risau.
Sebab, bukan hanya sawah miliknya yang merosot tingkat kesuburannya, melainkan seluruh lahan di desa tersebut, termasuk milik anggota kelompok Sa Ate yang dipimpinnya.
”Mereka selalu mengeluh hasil panen padinya terus merosot dalam lima tahun terakhir,” katanya.
Kesukaan Loi mengumpulkan informasi dari berbagai media internet membantunya mendapatkan pengetahuan bagaimana mengatasi merosotnya tingkat kesuburan tanah di desanya.
Berbekal informasi tersebut, Loi bersama anggota kelompok taninya terus berdiskusi.
Loi berupaya mengajak anggota kelompoknya untuk menggunakan pupuk organik Hayati Cair Manjat sebagai solusi untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah.
“Saya ingin hasil panen sawah mereka juga melimpah seperti saya,” tutupnya. (adv/adv)