sergap.id, KUPANG – Program 1000 hektar jagung tahun 2019 yang dicanangkan oleh Bupati Kabupaten Nagekeo, Yohanes Don Bosco Do tak berhasil. Pasalnya, para petani mengalami gagal panen, bahkan kini dibebani utang.
Wakil Ketua DPRD Nagekeo, Kris Du’a, mengatakan, gagalnya program tersebut karena pelaksanaan programnya tanpa melalui kajian apakah lahannya cocok untuk ditanami jagung atau tidak.
“Yang terjadi justru jagung sudah ditanam, baru (pemerintah) datangkan (tim pengkaji dari) Undana (Kupang),” ujar Kris saat bincang-bincang dengan SERGAP di Kupang, Sabtu (19/10/19) malam.
Kata Kris, saat itu empat tenaga ahli dari Undana didatangkan ke Mbay (Nagekeo) untuk melakukan pengkajian terhadap lahan jagung dan jagung yang sudah ditanam.
“Sehingga saat itu ada istilah kajian cepat,” ucap Kris, sinis.
Kris memastikan, program 1000 hektar jagung itu gagal karena pelaksanaan program tanpa didahului pengkajian yang matang, baik terhadap lahannya maupun lain sebagainya.
“Karena waktu itu saya juga diundang untuk mendampingi tim dari Undana. Sehingga saat itu saya bilang, kita (pemerintah) ini aneh, sudah tanam baru datangkan tim pengkaji,” bebernya.
Pada tempat yang sama, Anggota DPRD Nagekeo, Anton Moti, mengatakan, selain tidak ada pengkajian terhadap lahan, penggunaan benih jagungnya pun menjadi penyebab gagalnya program 1000 hektar jagung.
“Masalahnya ada di benih. Karena benih yang diberikan oleh pemerintah itu tidak tumbuh ketika ditanam, tapi ketika masyarakat tanam pakai benih lokal, jagungnya tumbuh subur dan menghasilkan panen yang baik,” paparnya.
Contoh penggunaan benih lokal yang menuai panen baik, kata Anton, terjadi pada lahan milik Ketua P3A KM 1.6 Kanan, Anselmus Djogo Dhengi yang terletak di wilayah Skunder I Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Nagekeo.
“Waktu tanam pakai benih pengadaan, jagungnya tidak tumbuh. Kakak saya (Anselmus Djogo Dhengi) kemudian tanam pakai benih lokal jenis pulut, ternyata tumbuh subur. Jadi,,, menurut saya, masalah program ini salah satunya ada pada kualitas benih,” tegasnya.
Politisi Partai Golkar ini, mengaku, dirinya turut serta bersama Bupati Nagekeo menghadiri acara penanaman jagung perdana pada awal 2019.
“Saat itu saya bilang ke bupati, hati-hati pak bupati, ini kalau gagal bisa bahaya, masyarakat bisa marah. Lalu bupati jawab: itu tadi…,” kata Anton.
Menurut Anton, dampak gagalnya panen jangung telah mengancam ketahanan pangan masyarakat.
“Kalau masalah ini tidak ditangani secara baik, tiga bulan kedepan masyarakat akan lapar. Karena untuk makan sehari-hari, masyarakat tidak mungkin tunggu hasil panen sawah berikutnya,” katanya.
Karena itu, Anton menyarankan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo segera merespon gagal panen tersebut dengan solusi yang bisa meniadakan ancaman kelaparan.
“Apalagi,,, akibat gagal panen itu, sekarang ini masyarakat dibebani utang dana KUR,” ucapnya.
Program 1000 hektar jagung ini berada di atas lahan irigasi Mbay Kanan. Lahan persawahan tersebut diubah menjadi kebun jagung dengan harapan sukses panen.
Untuk kembali menanam padi, masyarakat harus menunggu jadwal air yang telah diprogram hingga masa tanam jagung selesai.
“Karena itu, Pemerintah harus segera turun tangan. Supaya masyarakat tidak lapar,” pinta Anton.
Anehnya, gagal panen yang dialami masyarakat itu belum diketahui oleh Pemkab Nagekeo. Padahal lokasi atau lahan program 1000 hektar jagung itu tidak jauh dari Kantor Bupati maupun instansi terkait.
“Saya belum punya data,” ujar Kepala Dinas Pertanian (Distan) Nagekeo, Wolfgang Lena, saat ditemui SERGAP di kantornya pada Rabu 16 Oktober 2019.
Wolfgang kembali memberi alasan ketika dihubungi SERGAP via WhatsApp pada Kamis 17 Oktober 2019.
“Kemarin Laptopnya kena virus, saya masih tunggu Kepala Bidang rampungkan data, teman-teman lagi benahi, kalau sudah siap, saya laporkan ke Bupati. Kalau sudah oke, baru saya beritakan” katanya.
Menanggapi alasan itu, Anton Moti mengatakan, penyataan Wolfgang sangat tidak masuk akal.
“Lokasi kebun jagung itu kan dekat saja. Kenapa tidak langsung ke lokasi? Dengan melihat langsung itu kan bisa mendapatkan data yang akurat,” ucapnya, kritis.
Anton mengatakan, pihaknya akan segera ke lokasi jagung untuk kembali melihat langsung dan menemui petani.
“Sepulang dari Kupang ini, kami dari Komisi III akan turun ke lokasi,” ujar Anton Moti yang diamini oleh Dorus Goa, Anggota DPRD Nagekeo asal Partai Hanura. (cis/sev)