sergap.id, JAKARTA – Nagekeo memiliki kekayaan praktik literasi yang mengakar pada budaya dan jati dirinya. Kemampuan membaca teks kultural membekas pada trajektori historis dan story telling yang sangat panjang.
Menghadapi persoalan hidupnya, leluhur Nagekeo telah mewariskan cara membaca aksara alam dan budaya dengan proses kognitif yang istimewa.
Masyarakat Nagekeo mempunyai banyak suku dengan kekayaan bahasa dan dialek, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, ritual, sistem peralatan dan teknologi, artefak, seni dan kerajinan.
Itulah bukti kuat yang mengharuskan masyarakat Nagekeo berbesar hati untuk menggali dan mempertahankan kearifan lokal dan bangkit merumuskan jati diri menuju masa depannya yang berubah.
Berbagai belenggu permasalahan yang dialami saat ini, tidak boleh menghentikan langkah maju menuju masyarakat yang sejahtera, nyaman dan bermartabat.
Sesungguhnya Nagekeo bukanlah tidak memiliki modal dasar yang besar. Tuhan telah memberikan alam yang kaya berupa topografi, geologi dan hidrologi yang mendukung pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan, dan peternakan dan lain-lain untuk memecahkan semua persoalan hidupnya.
Nagekeo juga memiliki posisi geostrategis yang menguntungkan karena berada di tengah-tengah Pulau Flores dan pantas dijuluki The Heart of Flores (Jantung dari Flores).
Selain itu, bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang membentuk segitiga emas di Pesisir Utara dengan Kawasan Pariwisata Nasional dan Taman Nasional Komodo di Labuham Bajo.
Demikianlah isi presentasi Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do di hadapan para Pejabat dari berbagai kementerian/lembaga yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dalam rangka mendukung Festival Literasi Nagekeo Tahun 2019, Kamis (11 Juli 2019).
Bupati Don menyampaikan bahwa Festival Literasi Nagekeo akan digelar setiap tahun (annual event).
Menurutnya, literasi tidak sekedar persoalan kemelekaksaraan, tetapi lebih dari itu, merupakan media negosiasi dengan semua pemangku kepentingan, baik di level regional, nasional maupun internasional untuk bersama-sama dengan masyarakat NTT lainnya, menyuarakan keberpihakan, keadilan sosial, dan emansipasi di bawah spirit NTT Bangkit – Nagekeo Berubah, dan motto Dari Nagekeo NTT Bacarita.
“Literasi adalah sarana yang dibutuhkan dalam optimalisasi segala jenis potensi yang dimiliki menuju NTT Bangkit, Nagekeo Berubah,” tegasnya.
Bupati Don membuka diri terhadap tawaran kontribusi dari berbagai kementerian yang hadir baik secara langsung pada acara festival, maupun berupa program-program reguler dalam jangka panjang.
Menurutnya, ini adalah salah satu cara Ia memperkenalkan dan memanggungkan Nagekeo di level yang lebih tinggi.
Dia menegaskan bahwa Festival Literasi Nagekeo merupakan panggung bersama Nagekeo dan Masyarakat NTT lainnya untuk mempertahankan kekayaan budaya lokal dari proses marjinalisasi budaya dominan, sekaligus mendobrak stereotip dan inferioritas “Nagekeo sebagai kabupaten miskin dan tertinggal”.
Festival akan berlangsung selama 5 hari efektif dan jika tidak ada halangan yang signifikan, akan digelar pada Bulan Agustus dengan beragam acara, mulai dari persiapan (pra-event), acara utama (main event) dan pascaevent (post-event).
Di tempat yang sama, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Nagekeo, Kristianus Dua Wea, menyampaikan rasa syukur dan bahagia bisa bertemu dengan banyak lembaga pemerintah pusat di sebuah tempat.
Ia berharap pemerintah pusat meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di Nagekeo yang masuk kategori 3T (Tertinggal, Terluar, Terpinggir) melalui peningkatan alokasi anggaran di berbagai program kementerian.
Kementerian dan lembaga yang hadir serta menyatakan dukungan terhadap literasi Nagekeo adalah Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pertanian, Kantor Perpustakaan Nasional, Kementerian Pariwisata, Kementeri Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (hms/hms)